Berita Internasional

Jejak Bulu dan Darah Burung Ditemukan di Mesin Pesawat Jeju Air yang Jatuh di Korea Selatan

Laporan awal tentang tragedi penerbangan tersebut dirilis pada Senin (27/1), mengungkap fakta-fakta mengejutkan terkait insiden ini.

Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
Picture Alliance
Investigasi pesawat Jeju Air. Ditemukan jejak darah burung. 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Jejak bulu burung dan noda darah ditemukan di kedua mesin pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan di Korea Selatan.

Laporan awal tentang tragedi penerbangan tersebut dirilis pada Senin (27/1), mengungkap fakta-fakta mengejutkan terkait insiden ini.

Pesawat Boeing 737-800 itu tengah terbang dari Thailand menuju Muan, Korea Selatan, pada 29 Desember ketika mengalami pendaratan darurat yang berujung pada benturan dengan penghalang beton.

Ledakan dahsyat yang terjadi membuat pesawat berubah menjadi bola api, menewaskan 179 dari 181 penumpang dan kru di dalamnya. Hanya dua orang yang selamat dari kecelakaan tragis ini.

Peristiwa ini tercatat sebagai bencana penerbangan terburuk dalam sejarah Korea Selatan.

Temuan Laporan Awal

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa sampel bulu dan darah burung dari mesin pesawat telah dikirim ke organisasi khusus untuk analisis DNA.

Hasil analisis mengidentifikasi bahwa jejak tersebut berasal dari Baikal Teal, sejenis bebek migran yang biasa terbang ke Korea pada musim dingin dari wilayah Siberia.

“Para pilot melaporkan melihat sekumpulan burung saat mendekati landasan pacu 01, dan kamera keamanan menangkap momen ketika HL8088 (nomor registrasi pesawat Jeju Air) terbang mendekati sekumpulan burung selama proses go-around,” ungkap laporan tersebut, merujuk pada manuver ulang pesawat saat hendak mendarat.

Namun, laporan itu belum menyebutkan apakah mesin pesawat benar-benar berhenti berfungsi sesaat sebelum kecelakaan terjadi.

Data dari perekam penerbangan menunjukkan bahwa menara kontrol lalu lintas udara sempat memperingatkan pilot tentang potensi tabrakan burung setelah memberikan izin pendaratan.

Hanya satu menit setelah peringatan tersebut, sistem perekam suara dan data di pesawat gagal berfungsi.

Beberapa detik kemudian, para pilot mengumumkan kondisi darurat (mayday) akibat tabrakan burung dan mencoba melakukan pendaratan darurat dengan badan pesawat karena roda pendaratan tidak berhasil dikeluarkan.

Hingga kini, penyebab resmi kecelakaan masih belum ditetapkan. Namun, investigasi lanjutan akan dilakukan.

Tim akan membongkar mesin, memeriksa komponen secara mendalam, menganalisis data penerbangan, menara kontrol, serta bukti-bukti tabrakan burung.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved