Berita Kabupaten Gorontalo

Kronologi Pasien RSUD Dunda Limboto Gorontalo Merasa Ditelantarkan Dokter

Keluarga almarhumah mengungkapkan kekecewaannya terhadap pelayanan medis yang dinilai lambat dan tidak konsisten, terutama dalam menangani kebutuhan

|
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Jefri Potabuga, TribunGorontalo.com
Kondisi di RSUD Dunda, Limboto Kabupaten Gorontalo, Senin (02/12/2024). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Limboto – Melanda Uno (25), warga Desa Duwanga, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) MM Dunda Limboto.

Keluarga almarhumah mengungkapkan kekecewaannya terhadap pelayanan medis yang dinilai lambat dan tidak konsisten, terutama dalam menangani kebutuhan transfusi darah.

Menurut Hadijah Uno (60), bibi almarhumah, Melanda dilarikan ke puskesmas pada Selasa (26/11/2024) setelah mengalami demam tinggi.

Pihak puskesmas merujuknya ke RSUD Dunda Limboto karena kondisi pasien dianggap memerlukan penanganan lebih lanjut.

Saat diperiksa, kadar hemoglobin (HB) Melanda terdeteksi hanya 4, jauh di bawah batas normal, sehingga membutuhkan transfusi darah secara mendesak.

Pada pukul 23.00 WITA, keluarga diminta pihak rumah sakit mencari 8–10 kantong darah untuk transfusi.

“Pada malam itu, kami hanya berhasil mendapatkan 2 kantong darah. Kami meminta agar darah tersebut segera digunakan sambil menunggu kantong lainnya, tetapi permintaan itu ditolak oleh perawat,” jelas Hadijah.

Penolakan tersebut membuat keluarga kebingungan. Baru keesokan harinya, setelah kondisi Melanda memburuk, pihak rumah sakit mengizinkan penggunaan dua kantong darah yang tersedia.

Namun, nyawa Melanda tidak dapat diselamatkan.

“Kadarullah, ketika darah tersedia, nyawa keponakan saya sudah tidak bisa diselamatkan. Jika dari awal dua kantong itu digunakan, mungkin nasibnya berbeda,” ungkap Hadijah penuh penyesalan.

Pernyataan RSUD Dunda Limboto

Wakil Direktur RSUD MM Dunda Limboto, Andi Naue, membantah tuduhan kelalaian medis. Menurutnya, tim medis telah berupaya maksimal menangani pasien.

Ia menjelaskan bahwa Melanda datang dengan keluhan demam dan sesak napas, sehingga perlu pemeriksaan menyeluruh sebelum menentukan langkah pengobatan.

“Hasil pemeriksaan awal tidak menunjukkan infeksi paru, sehingga pasien dirawat oleh dokter spesialis penyakit dalam. Pada saat itu, ditemukan HB yang rendah, trombosit 78 ribu, dan gejala pendarahan,” jelas Andi dalam konferensi pers di aula rumah sakit, Senin (2/12/2024).

Menurut Andi, pihak rumah sakit meminta keluarga mencari 8 kantong darah trombosit karena stok di rumah sakit terbatas.

Pada saat darah trombosit tiba, dokter telah mencoba stabilisasi menggunakan cairan, tetapi kondisi pasien sudah kritis.(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved