Human Interest Story

Cerita Rahman Napu, Tujuh Tahun Jualan Kue Takjil Buka Puasa Saat Ramadan

Cerita Rahman Napu, warga Kota Gorontalo yang sudah tujuh tahun sebagai penjual menu takjil seperti kue selama Ramadan.

TRIBUNGORONTALO/PRAILLA KARAUWAN
Rahman Napu, warga Kota Gorontalo yang sudah tujuh tahun sebagai penjual menu takjil buka puasa Ramadan. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Cerita Rahman Napu, warga Kota Gorontalo yang sudah tujuh tahun sebagai penjual menu takjil buka puasa saat Ramadan.

Ibu dua anak yang kerap disapa Ama ini tinggal di Lorong Japangi, Kelurahan Limba U 1, Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo

Ama biasanyaberjualan di Jalan Pangeran Hidayat, Kelurahan Liluwo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo.

Sehari-harinya Ama menjual menu takjil, tapi menu takjil ini bukanlah buatan tangannya melainkan milik orang lain lalu dijual kembali olehnya.

"Ini bukan saya punya, cuma orang ada titip," ujarnya ketika ditemui TribunGorontalo.com.

Menu takjil yang dijualnya berupa beraneka macam kue, bubur ayam, puding, dan es buah yang dibanderol dengan harga di bawah.

Kue yang dijualnya rata-rata di jual dengan harga Rp 5 ribu empat buah, terkecuali kue risoles yang dibanderol dengan harga Rp 5 ribu dapat tiga buah.

Harga yang ditawarkan ini sebenarnya cukup di bawah ketimbang dengan penjual menu takjil serupa di Kota Gorontalo.

Kue lalampa yang dijual oleh Ama pun dibanderol dengan harga Rp 5 ribu 4 buah, sedangkan di penjual takjil lainnya dikenakan harga Rp 2-3 ribu per satu buah kue lalampa.

Ama sebenarnya sudah dari tahun 2017 dia berjualan menu takjil ketika Ramadan. Awal dia berjualan di Kompleks Sumur Bor, Jalan Tibrata, Kelurahan Ipilo, Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo.

Ama berjualan di situ selama lima tahun, lantas ia pindah lapak di Jalan Pangeran Hidayat pada  2022

"Di sumur bor situ dorang (mereka) usir saya dari situ, katanya mengganggu lalu lintas," ucapnya sambil berkaca-kaca.

Artinya, Ama berjualan menu takjil di Jalan Pangeran Hidayat baru menjajaki usia dua tahun.

Kata Ama, dirinya mendirikan lapak di Jalan Pangeran Hidayat ini dimintakan uang sejumlah Rp 100 ribu untuk satu bulan Ramadan. Juga uang kebersihan sebesar Rp 2 ribu per hari.

"Tidak apa-apa, yang penting masih bisa jualan di sini," imbuhnya.

Ketika di luar bulan Ramadan pun Ama seringkali menjual makanan dirumahnya seperti mie basah, nasi kuning dan lain sebagainya.

Ama beserta suaminya yang merupakan ojek online banting tulang untuk menghidupi kedua anak mereka, anak pertama sedang menempuh pendidikan di tingkat Sekolah dasar dan anak terakhirnya masih berusia balita dua tahun.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved