Human Interest Story
9 Bulan Ikuti Program Guru Penggerak Gorontalo, Arlin Mahmud: Mindset Saya Berubah
Arlin Mahmud (42), Guru Penggerak pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), Kabupaten Bone Bolango Gorontalo, yang berhasil mengikuti Program Guru Penggerak.
Penulis: Rafiqatul Hinelo | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Arlin Mahmud (42) merasakan dampak positif setelah mengikuti Program Guru Penggerak (PGP) untuk pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di Kabupaten Bone Bolango.
Arlin mengikuti PGP Angkatan Kota Gorontalo selama lebih kurang sembilan bulan. Menurutnya, banyak hal berbeda didapatkannya selama mengikuti program guru penggerak.
“Saya belajar banyak dari segala tantangan dalam PGP kemarin, salah satunya saya jadi bisa mengoperasikan aplikasi Canva untuk menunjang metode pembelajaran,” ungkap Arlin.
Ia bisa belajar bagaimana menjelaskan materi menggunakan bahasa sederhana agar dapat dimengerti murid-murid TK.
“Jadi, materi dalam PGP itu adalah materi umum, tantangan tersendiri bagi saya sebagai guru TK bagaimana mengubah formulasi materi itu ke dalam bahasa pendidikan di tingkat TK,” jelas Arlin.
Karena itu Arlin mengaku bisa mendapatkan pola pikir baru dalam melihat penerapan sistem pendidikan.
“PGP ini mengubah mindset saya. Tadinya saya berpikir bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar untuk siswa, saya terkadang lebih memaksakan kehendak kepada siswa," ungkap Arlin.
"Siswa saya minta untuk mengikut apa yang menjadi kemauan saya sebagai guru. Setelah mengikuti guru penggerak, pola pikir saya tidak lagi seperti itu,” tambahnya.
Baca juga: Siswa SMP IT Al-Izzah Gorontalo Drama Treatrikal Masa Penjajahan Belanda
Awal mula masuk PGP
Arlin mengaku pertama kali mendengar tentang Program Guru Penggerak (PGP) lewat rekannya yang bertugas di Papua.
Rupanya, rekannya adalah Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan 1, pada PGP pada 2019 lalu. Ketika Arlin dikenalkan olehnya soal PGP ini, Arlin mengaku merasa begitu terpanggil.
“Awalnya saya dihubungi teman saya di Papua melalui Whatsapp. Dia mendorong saya untuk ikut PGP di Gorontalo angkatan 3, pada 2020 kemarin. Saat itu saya belum begitu paham tentang apa itu PGP, tapi saya tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut,” kata Arlin kepada TribunGorontalo.com, via Whatsapp, Kamis (9/11/2023).
Kata Arlin, awalnya ada keraguan dalam hatinya untuk mengikuti PGP. Namun, ia termotivasi mencoba, sebab ia terinspirasi dari rekannya yang menurutnya adalah pribadi kompeten dalam mengemban amanah sebagai seorang Guru.
“Teman saya adalah pengajar yang berkompetensi. Jadi saya terinspirasi darinya. Kalau dia yang berkompetensi ikut, berarti program ini adalah program yang betul-betul dapat memberi perubahan positif untuk dunia pendidikan,” sambung Arlin.
Ketika PGP angkatan 7 telah dibuka, Arlin mengambil kesempatan baik ini untuk mencoba mendaftar.
Usaha Arlin dalam menyiapkan kebutuhan berkas dokumen persyaratan dengan sungguh-sungguh, membuahkan hasil yang baik. Arlin dinyatakan lulus tes tahap satu dan dua.
“Pada Angkatan 7 itu, saya tidak menyangka ternyata saya satu-satunya peserta dari tingkat TK yang lulus seleksi tahap 1 dan 2,” ucapnya.
Kini, Arlin bersemangat untuk mengalirkan sudut pandang baru ini dengan rekan-rekan di lingkungan pendidikan tempat ia mengabdi.
Ia berharap semua tenaga pendidik dapat bersinergi menciptakan cara belajar baru selayaknya yang digaungkan dalam PGP yakni, pembelajaran yang berfokus pada murid.
“Saya berharap, kita semua tenaga pendidik bisa memberikan pendidikan yang memerdekakan anak, lebih mampu menstimulasi potensi anak dengan pembelajaran yang menyenangkan, bermain sambil belajar dengan model pembelajaran yang berpusat pada murid,” tandas guru TK Pembina Agropolitan itu.
(TribunGorontalo.com/Rafiqatul)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.