Budaya Gotong-Royong Huyula Gorontalo, Warga: Belum Punah Cuma Berkurang
Sebetulnya, Huyula adalah budaya yang sudah ada sejak berabad-abada lalu di Gorontalo. Budaya ini, mestinya dipertahankan.
Penulis: Rafiqatul Hinelo | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Huyula atau budaya gotong-royong di Gorontalo kini mulai dipertanyakan. Apakah, budaya ini masih dipertahankan oleh warganya atau justru menguap dalam modernisasi.
Sebetulnya, Huyula adalah budaya yang sudah ada sejak berabad-abada lalu di Gorontalo. Budaya ini, mestinya dipertahankan.
Rahma Rizkiya (26), salah satu masyarakat millennial Gorontalo memberikan tanggapannya.
“Menurut pengamatan saya, budaya gotong-royong di Gorontalo bukan punah total. Masih ada, tapi cenderung berkurang, apalagi di masyarakat kota,” kata Rahma.
Rahma membandingkan pengamatannya terhadap keluarganya yang tinggal di Kota Gorontalo dengan yang tinggal di Paguyaman, Kabupaten Boalemo, Gorontalo.
“Kalau ada acara keluarga, biasanya yang lebih banyak berperan untuk bekerja saling bantu itu adalah keluarga dari Paguyaman ketimbang keluarga yang dari Kota,” ucapnya.
Rahma saat ini adalah seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo Utara.
Kata Rahma, dari pengamatannya, budaya gotong-royong saat ini tidak hanya terjalin antara masyarakat. Melainkan juga dengan Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Sosial.
“Kalau saya amati, selama saya bertugas, Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo Utara kerap menjadi tujuan jika ada kejadian kebakaran dan banjir,” ujar Rahma.
Kata Rahma, untuk Banjir misalnya, Dinas sosial akan turun memberikan bantuan, dan masyarakat membantu memasak bersama di dapur umum.
Tanggapan lainnya juga datang dari Santi Lihawa (38), seorang Ibu Rumah Tangga yang merupakan warga Perumahan Awara Karya, Kelurahan Liluwo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo.
Menurutnya, di Gorontalo, khususnya di Kota, budaya gotong-royong masih bisa ditemui.
“Budaya gotong-royong itu masih bisa ditemui di Kota Gorontalo, terutama dalam hal kedukaan. Masyarakat di sini masih saling bantu jika ada tetangga yang ada kabar kematian,” jelas Santi.
Domili, dalam bukunya menjelaskan bagaimana model gotong-royong yang berkembang di Gorontalo.
Pada umumnya istilah budaya gotong-royong di Gorontalo, dikenal dengan huyula.
Namun, rupanya tidak hanya huyula, Gorontalo punya beberapa istilah gotong-royong lainnya. Mulai dari ambu, hileiya, dan juga tiayo.
Ambu, adalah istilah budaya gotong-royong yang maknanya sama dengan huyula.
Namun ambu adalah jenis gotong-royong yang jumlah orang terlibat didalamnya lebih sedikit dari huyula.
Sementara hileiya, adalah kegiatan tolong menolong apabila terjadi kedukaan pada salah satu warga.
Sedangkan tiayo, adalah tolong-menolong antara kelompok orang untuk membantu mengerjakan pekerjaan seseorang.
Biasanya, warga yang ditolong hanya menyediakan makanan. Kemudian suatu hari nanti jika orang yang menolongnya membutuhkan pertolongan serupa, maka berkewajiban untuk membalas dengan pertolongan serupa.(*)
Info Cuaca Kabupaten Gorontalo dan Boalemo Besok Jumat 29 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Modus Begal Payudara di Gorontalo, Pelaku Incar Orang Lari Pagi |
![]() |
---|
MBG di Gorontalo Utara Viral Gara-gara Sajikan Ikan Teri hingga Diprotes Orangtua |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Polisi Tangkap Pelaku Begal Payudara di Kota Gorontalo |
![]() |
---|
GORONTALO TERPOPULER: 25 Pengendara Terjaring Operasi Satlantas-Pemprov Perketat Syarat Bantuan UMKM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.