Human Interest Story

Remaja Gorontalo Ini Ceritakan Alasan Tutup Usaha Warung Kopi dan Kini Jualan Nasi Bungkus

Mail (24) remaja asal Kelurahan Leato Kota Gorontalo bercerita tentang usaha nasi Bungkus.

Penulis: Rafiqatul Hinelo | Editor: Fadri Kidjab
TribunGorontalo.com/Rafiqatul
Mail, pedagang nasi bungkus di Kota Gorontalo tengah melayani pembeli 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Mail (24) remaja asal Kelurahan Leato Kota Gorontalo bercerita tentang usaha nasi Bungkus.

Nasi bungkus merupakan usaha dirintis Mail bersama kakak kandungnya selama enam tahun.

"Usaha ini kurang lebih sudah enam tahun sejak kami rintis dari awal yang hanya menggunakan meja biasa," kata Mail kepada TribunGorontalo.com, Sabtu (21/10/2023).

Kini lapak nasi bungkus Mail sudah menggunakan gerobak, dan juga menyediakan beberapa set meja untuk pembeli yang makan di tempat.

Di sela-sela melayani pembeli, Mail menceritakan perjalanan bisnisnya.

Mail sejatinya merupakan lulusan Teknik Mesin di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Gorontalo.

Setelah lulus, ia melanjutkan kuliah mengambil Jurusan Teknik Sipil.

Namun, ia memutuskan berhenti kuliah saat masih di semester dua. 

Mail mengaku lebih tertarik langsung bekerja.

Setelah berkutat dengan dunia kopi, Mail sempat bekerja di Perusahaan Kayu, Popayato, Pohuwato Gorontalo.

"Saya sempat kerja di Perusahaan Kayu, di Popayato, tapi hanya empat bulan," ujar Mail.

Lalu Mail menjadi seorang barista (penyaji kopi).

"Pertama kali kerja di dunia kuliner itu, dulu saya bekerja sebagai barista," kenang Mail.

Dua tahun lamanya ia bekerja di Roemah Marly. Kemudian Mail pernah membuka usaha Warung Kopi (Warkop) sendiri.

"Saya pernah buka Warkop sendiri, di Jalan Malioboro," ucapnya.

Namun usaha warkop miliknya terpaksa tak diteruskan.

"Saya belum punya mental usaha saat itu. Uang yang saya dapat di satu hari, bisa langsung habis di hari itu juga," kata Mail sambil tertawa.

Mail kemudian diajak kakaknya untuk kembali merintis usaha.

"Saya langsung menjual barang-barang dagangan warkop, untuk patungan sama kakak beli barang dagangan nasi bungkus," jelas Mail.

Alasannya, nasi bungkus punya daya tarik yang relatif tinggi.

"Kali ini saya yakin, sebab nasi bungkus salah satu makanan yang akan dicari setiap waktu," ujarnya.

Lokasi yang dipilih pun cukup strategis, yakni kawasan Universitas Negeri Gorontalo, Jalan Jenderal Sudirman Kota Gorontalo.

Baca juga: Cerita Niko Pedagang Bakso Arema yang Bekerja sejak SD, Merantau ke Sumatera hingga Sulawesi

Selain nasi bungkus, Mail juga menjual mie instan dan gorengan.

Ke depan, kata Mail, ia ingin coba menambah menu baru, seperti saraba juga minuman hangat lainnya.

"Saya ingin tambah Saraba, biar jadi tempat nongkrong juga di sini," ucapnya.

Mail dan kakaknya membuka lapak mulai dari jam empat sore hingga pagi hari berikutnya.

Meski banyak pembeli yang datang, Mail juga kerap menemui tantangan saat berjualan dini hari.

"Kalau tengah malam, banyak warga yang mabuk tiba-tiba datang di lapak kami, mengucap kata-kata kasar, tapi kami sudah biasa menghadapi itu," jelas Mail.

Terakhir, seperti pedagang pada umumnya, Mail berimpian untuk memiliki rumah makan sendiri.

"Kalau bicara ambisi, saya ingin punya rumah makan sendiri suatu hari nanti, tidak jualan di pinggir jalan seperti ini lagi," pungkas Mail.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved