Human Interest Story
Remaja Gorontalo Ini Ceritakan Alasan Tutup Usaha Warung Kopi dan Kini Jualan Nasi Bungkus
Mail (24) remaja asal Kelurahan Leato Kota Gorontalo bercerita tentang usaha nasi Bungkus.
Penulis: Rafiqatul Hinelo | Editor: Fadri Kidjab
Namun usaha warkop miliknya terpaksa tak diteruskan.
"Saya belum punya mental usaha saat itu. Uang yang saya dapat di satu hari, bisa langsung habis di hari itu juga," kata Mail sambil tertawa.
Mail kemudian diajak kakaknya untuk kembali merintis usaha.
"Saya langsung menjual barang-barang dagangan warkop, untuk patungan sama kakak beli barang dagangan nasi bungkus," jelas Mail.
Alasannya, nasi bungkus punya daya tarik yang relatif tinggi.
"Kali ini saya yakin, sebab nasi bungkus salah satu makanan yang akan dicari setiap waktu," ujarnya.
Lokasi yang dipilih pun cukup strategis, yakni kawasan Universitas Negeri Gorontalo, Jalan Jenderal Sudirman Kota Gorontalo.
Baca juga: Cerita Niko Pedagang Bakso Arema yang Bekerja sejak SD, Merantau ke Sumatera hingga Sulawesi
Selain nasi bungkus, Mail juga menjual mie instan dan gorengan.
Ke depan, kata Mail, ia ingin coba menambah menu baru, seperti saraba juga minuman hangat lainnya.
"Saya ingin tambah Saraba, biar jadi tempat nongkrong juga di sini," ucapnya.
Mail dan kakaknya membuka lapak mulai dari jam empat sore hingga pagi hari berikutnya.
Meski banyak pembeli yang datang, Mail juga kerap menemui tantangan saat berjualan dini hari.
"Kalau tengah malam, banyak warga yang mabuk tiba-tiba datang di lapak kami, mengucap kata-kata kasar, tapi kami sudah biasa menghadapi itu," jelas Mail.
Terakhir, seperti pedagang pada umumnya, Mail berimpian untuk memiliki rumah makan sendiri.
"Kalau bicara ambisi, saya ingin punya rumah makan sendiri suatu hari nanti, tidak jualan di pinggir jalan seperti ini lagi," pungkas Mail.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.