Sains dan Teknologi

Wanita 'Mutan', Tak Merasa Sakit Layaknya Manusia Bahkan tak Pernah Stres

Wanita ini bernama Jo Cameron. Ia mengalami mutasi genetik layaknya mutan. Hingga para ilmuwan pun bingung dengan kondisinya. 

|
Editor: Wawan Akuba
istimewa
Jo Cameron memiliki kemampuan mutan, tak merasa sakit. Ia memiliki toleransi rasa sakit yang begitu tinggi. 

“Dengan memahami secara tepat apa yang terjadi pada tingkat molekuler, kita dapat mulai memahami biologi yang terlibat dan itu membuka kemungkinan penemuan obat yang dapat dilakukan. Akan memiliki dampak positif yang luas bagi pasien,” katanya. 

Jo, kini berusia 75 tahun, ia pernah pergi ke dokter dengan keluhan masalah pada pinggulnya 10 tahun lalu yang ternyata melibatkan degenerasi sendi yang parah.

Jika pada orang biasa, kondisi itu akan sangat menyakitkan. Namun Jo mengatakan dia tidak merasa tidak nyaman.

Dalam insiden terpisah beberapa bulan kemudian, Jo menjalani operasi pada tangannya di Rumah Sakit Raigmore di Inverness dan tidak menderita sakit setelahnya, meskipun perawatan tersebut biasanya dianggap sangat menyakitkan.

Jika biasanya orang yang dioperasi demikian akan mengandalkan obat, ia justru tidak. 

“Tetapi saya tidak membutuhkannya (obat). Ini adalah pertama kalinya saya dapat membandingkan diri saya secara langsung dengan orang lain," kata dia. 

Pengungkapan itu juga membuatnya merenungkan pengalaman masa lalu, seperti melahirkan kedua anaknya dan mematahkan rahangnya, yang terasa tidak menyakitkan baginya.

Cameron berharap gennya dapat membantu orang lain yang mengalami rasa sakit, mungkin dengan mengungkap terapi gen baru.

Profesor kedokteran UCL Dr Andrei Okorokov, penulis senior lain dari studi tersebut, mengatakan Gen FAAH-OUT hanyalah satu dari kemungkinan rahasia. 

"Selain dasar molekuler untuk rasa sakit, eksplorasi ini telah mengidentifikasi jalur molekuler yang memengaruhi penyembuhan luka dan suasana hati, semuanya dipengaruhi oleh mutasi FAAH-OUT,” kata dia. 

"Sebagai ilmuwan adalah tugas kami untuk mengeksplorasi dan saya pikir temuan ini akan memiliki implikasi penting untuk bidang penelitian seperti penyembuhan luka, depresi, dan banyak lagi,” tukas Andrei. (*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved