Budaya Gorontalo

Potret Walima, Budaya Gorontalo Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW

Sesuai tradisi dan budaya Gorontalo, Walima biasanya akan sangat meriah. Setiap kepala keluarga menyiapkan makanan dan kue yang dikemas

Penulis: Husnul Puhi |
TribunGorontalo.com/M Khusnul Jawahir Puhi
Potret perayaan Walima sebagai budaya Gorontalo. Masyarakat berkumpul mengelilingi Tolangga, wadah yang dihiasi ratuasan kue dan dibagikan ke masyarakat. 

Lebih lanjut Gamarudin mengatakan kue-kue tradisional itu akan dibagikan terlebih dahulu kepada pedzikir (pelantun dikili).

Setelahnya, baru akan dibagikan ke masyarakat-masyarakat yang turut memeriahkan hari lahir Nabi Muhammad SAW tersebut.

Bagi warga gorontalo yang mampu, tiap perayaan maulid nabi selalu membuat kue-kue tradisional tersebut, untuk dihantarkan ke masjid-masjid terdekat. 

Sinta Aliwu (43) seorang warga Tenilo yang membuat kue-kue tradisional yang dihias di Tolangga dan dihantar ke Masjid Al-Ikhlas. Mengaku senang dengan adanya perayaan maulid nabi tersebut.

"Dari hari-hari sebelumnya saya sudah membuat kue-kue ini," ungkap Sinta saat ditemui di Masjid Al-Ikhlas.

Baca juga: Tahu Tanggomo? Story Telling Tradisional dalam Budaya Gorontalo

Menurut Sinta, perayaan maulid nabi tersebut selalu ditunggu-tunggu oleh keluarganya. Sebab setiap kali perayaan hari lahir nabi Muhammad SAW, keluarganya dengan senang hati dan ikhlas membuat kue-kue tradisional tersebut dan dihias di Tolangga.

"Dari Kakek Nenek kami sudah menjadi budaya untuk membuat kue-kue tradisional ini," imbuh Sinta.

Pada perayaan maulid nabi kali ini, Sinta mengaku telah membuat 3200 kue Kolombengi dan Sukade.

Hanya sekitar seratusan, dua kue itu dihias di Tolangga, untuk dihantarkan ke masjid. Lainnya pesanan masyarakat Tenilo.

"Hanya seratus yang saya kasih ke masjid ini, yang lain itu pesanan," tutup Sinta. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved