Wisata Pohuwato
Intip Aktivitas Penyedia Pelampung di Pantai Libuo, Kisman Mointi Tersenyum Lihat Banyak Pengunjung
Pria berusia 52 tahun itu bekerja sebagai penyedia ban pelampung bagi warga yang akan berenang di obyek wisata unggulan di tanah Bumi Panua ini.
Penulis: Redaksi | Editor: Lodie Tombeg
Laporan Ronald Rampi, wartawan TribunGorontalo.com dari Pohuwato
TRIBUNGORONTALO.COM, Marisa - Wajah bahagia terpancar dari raut muka Kisman Mointi saat melihat begitu banyak warga yang mengunjungi obyek wisata Pantai Libuo, Kabupaten Pohuwato pada Minggu (12/6/2022).
Baginya, semakin banyak kunjungan maka semakin banyak pula rezeki yang bakal dia peroleh.
Pria berusia 52 tahun itu bekerja sebagai penyedia ban pelampung bagi warga yang akan berenang di obyek wisata unggulan di tanah Bumi Panua ini.
Pekerjaan tersebut dia lakoni sejak beberapa tahun yang lalu, tepatnya saat obyek wisata destinasi pantai itu dibuka dan dikelola oleh pihak ketiga.
"Saya sudah bekerja disini sejak obyek wisata ini dibuka oleh pengelolanya," ungkap Kisman saat ditemui TribunGorontalo.com, Minggu sore.
Dia sibuk mengisi angin pada bekas ban dalam mobil. Sejumlah pengunjung telah mengantre untuk menyewa ban miliknya. Dari anak-anak hingga orang dewasa banyak menggunakan jasa sewa ban yang ditawarkan oleh Kisman.
Meski di tempat itu terdapat juga sejumlah penyedia jasa sewa ban, namun nampaknya Kisman menjadi pilihan banyak pengunjung.
"Kalau harga ban ini, saya sewakan dari harga Rp 5 ribu sampai Rp 15 ribu. Tergantung ukurannya. Kecil, sedang sampai besar," terang pria yang tercatat sebagai warga Kelurahan Libuo, Kecamatan Paguat, Kabupaten Pohuwato itu.
Dia sempat bercerita soal pengalamannya beberapa waktu lalu, ketika virus Covid-19 melanda negeri. Kala itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan seluruh aktifitas masyarakat. Tak terkecuali untuk aktifitas berwisata.
Menurut Kisman, kala itu Pemerintah Pohuwato menutup seluruh obyek wisata, termasuk Pantai Libuo.
"Waktu itu sama sekali tidak ada pengunjung yang datang. Baik hari Sabtu maupun Minggu. Tempat ini sepi dan kosong pengunjung," ucapnya.
Tentunya, hal itu sangat berdampak bagi Kisman dan keluarga. Penghasilannya secara rutin yang diperoleh saat ramainya kunjungan wisata, terpaksa terhenti.
Karena desakan kebutuhan ekonomi, Kisman terpaksa 'banting setir'. Sebagai seorang kepala rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap keluarganya, Kisman mengaku menjadi buruh harian lepas di kampungnya.
"Saya sempat jadi pekerja harian. Pokonya pekerja apapun saya kerjakan, yang penting bisa menghasilkan uang. Sampai saya juga pernah jadi kuli bangunan," ujarnya berkisah.
Sejak presiden memberikan kebijakan untuk melonggarkan aktivitas masyarakat pasca terjangan Covid-19, animo kunjungan wisata pun mulai kembali normal.