Capres Prancis Le Pen Kukuh Larang Hijab dan Imigran, Ini Tanggapan Macron
Larangan memakai hijab dan larangan imigran menjadi isu sentra pada debat calon presiden di Prancis. Petahana Presiden Prancis Emmanuel Macron.
TRIBUNGORONTALO.COM - Larangan memakai hijab dan larangan imigran menjadi isu sentra pada debat calon presiden di Prancis. Petahana Presiden Prancis Emmanuel Macron dan saingan sayap kanannya Marine Le Pen berdebat sengit juga mengenai Rusia pada Rabu (20/4/2022).
Keduanya tampak berusaha mempengaruhi pemilih yang ragu-ragu dalam debat sengit empat hari menjelang pemilihan presiden.
Dilansir AFP, Prancis akan menggelar Pilpres pada Minggu (24/4/2022) antara Macron yang berhaluan tengah dan Le Pen yang anti-imigrasi.
Dalam debat langsung yang disiarkan televisi selama tiga jam, Macron berulang kali berusaha menjatuhkan Le Pen dan berusaha tetap fokus pada kinerja pemerintah.
Macron juga tampak marah, sembari memusatkan perhatian pada pinjaman yang diambil partai Le Pen dari bank Ceko-Rusia menjelang kampanye pemilihannya tahun 2017.
"Anda bergantung pada pemerintah Rusia dan Putin," kata Macron. "Ketika Anda berbicara dengan Rusia, Anda berbicara dengan bankir Anda."
Macron juga merujuk pada pengakuan masa lalu Le Pen atas pencaplokan Rusia pada semenanjung Crimea pada tahun 2014.
Le Pen beralasan bahwa partainya hanya mengambil pinjaman itu karena tidak dapat menemukan pembiayaan di Perancis di mana bank menolak meminjamkan kepadanya.
Debat menjadi sengit ketika Le Pen menegaskan bahwa dia berpegang teguh pada kebijakan kontroversialnya melarang pemakaian jilbab oleh wanita di depan umum, menggambarkannya sebagai "seragam yang dikenakan kaum Islamis".
"Anda akan menyebabkan perang saudara jika Anda melakukan itu. Saya mengatakan ini dengan tulus," ungkap Macron.
Tak berhenti sampai di situ, Le Pen juga bersumpah untuk mengakhiri imigrasi "anarkis dan besar-besaran" ke Prancis.
Dia mengklaim bahwa imigrasi memperburuk kejahatan menjadi "tak tertahankan" bagi orang-orang di seluruh negeri.
Kedua kandidat mengincar pemilih yang mendukung kandidat kiri Jean-Luc Melenchon di putaran pertama.
Macron difavoritkan untuk memenangkan putaran kedua, dengan sebagian besar jajak pendapat menunjukkan keunggulan lebih dari 10 persen.
Ini akan menjadikannya Presiden Prancis pertama yang memenangkan masa jabatan kedua sejak Jacques Chirac pada 2002.