Lipsus Harga Beras

Harga Beras Melonjak, Komisi II DPRD Gorontalo Desak Bulog Operasi Pasar 

Penulis: Herjianto Tangahu
Editor: Fadri Kidjab
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HARGA BERAS -- Ilustrasi beras Bulog. Komisi II DPRD Provinsi Gorontalo mendesak Bulog melakukan melakukan operasi pasar.

Kenaikan harga beras ini berdampak pada omzet para pedagang.

Non mengaku, biasanya pelanggan membeli beras satu koli penuh, tetapi sekarang hanya membeli sekitar 20 kilogram.

“Karena mahal, orang beli sedikit-sedikit saja. Pendapatan saya turun,” keluhnya.

Menurut Non, kenaikan harga beras diduga karena banyak petani gagal panen akibat serangan hama.

“Banyak padi diserang tikus dan ulat, jadi hasil panen rusak,” ungkapnya.

Hal senada disampaikan Ramla Bakari, pedagang beras lainnya di Pasar Sentral.

Ia mengatakan harga pengambilan beras saat ini berkisar Rp730 ribu per koli, yang kemudian dijual Rp780 ribu hingga Rp790 ribu per koli.

Ramla biasanya mengambil beras dari Bongomeme, Kabupaten Gorontalo. Kenaikan harga ini membuat biaya angkut barang juga meningkat.

“Pembeli sekarang turun, apalagi rumah makan sangat terasa. Biasanya ambil banyak, sekarang sedikit,” ucap Ramla.

Beberapa jenis beras yang ia jual seperti Pandan Wangi, beras pulo, dan beras superwin, kini dipatok Rp14 ribu hingga Rp16 ribu per kilogram.

“Kalau jual Rp16 ribu, untungnya juga sedikit,” tuturnya.

Ramla juga menilai, penyebab kenaikan harga beras karena banyak petani gagal panen.

“Setahu saya, banyak petani gagal panen, ada yang panen tapi hasilnya sedikit, jadi harga naik,” jelasnya.

Para pedagang berharap pemerintah segera turun tangan mencarikan solusi agar harga beras bisa kembali stabil dan pembeli tidak semakin berkurang.(TribunGorontalo.com/Herjianto Tangahu)