TRIBUNGORONTALO.COM - Maraknya kasus gagal ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di Indonesia semakin meresahkan.
Pemerintah hingga Polri pun turun tangan untuk mengatasi dan mencari tahu penyebab penyakit gagal ginjal akut misterius pada anak yang terus menelan korban jiwa tersebut.
Santer dikabarkan bahwa penyebab gagal ginjal akut misterius pada anak ini disebabkan oleh kandungan obat sirup yang mengandung Etilen glikol berlebihan.
Apa Itu Etilen Glikol?
Dilansir TribunGorontalo.com dari Encyclopedia Britannica, Etilen glikol (ethylene glycol) merupakan senyawa kimia yang juga disebut etana-1,2-diol, anggota paling sederhana dari keluarga glikol senyawa organik.
Baca juga: Apa Itu Gagal Ginjal Akut? Penyakit yang Secara Misterius Serang Anak-anak di Indonesia
Glikol yakni alkohol dengan dua gugus hidroksil pada atom karbon yang berdekatan (1,2-diol).
Nama umum Etilen glikol secara harfiah berarti "glikol yang berasal dari etilen."
Etilen glikol adalah cairan bening, manis, sedikit kental yang mendidih pada 198 derajat Celsius.
Penggunaan Etilen glikol yang paling umum yakni sebagai antibeku otomotif.
Baca juga: Tiga Hari Dirawat di RS, Bocah Probable Gangguan Ginjal Akut di Gorontalo Meninggal
Larutan etilen glikol dan air 1:1 mendidih pada 129 derajat Celsius dan membeku pada 37 derajat Celsius, berfungsi sebagai pendingin yang sangat baik pada radiator otomotif.
Etilen glikol sangat beracun, hewan atau manusia yang meminum larutan tersebut menjadi sangat sakit dan bisa menyebabkan kematian.
Selain penggunaannya dalam antibeku, Etilen glikol juga digunakan sebagai bahan dalam cairan hidrolik, tinta cetak, dan pelarut cat.
Etilen glikol pun digunakan sebagai reagen dalam pembuatan poliester, bahan peledak, resin alkid, dan lilin sintetis.
Baca juga: Apa Itu Omicron XBB? Subvarian Baru Covid-19 yang Sudah Masuk ke Indonesia, Disertai Gejala Pasien
Dilansir TribunGorontalo.com dari Wikipedia, Etilen glikol cukup beracun dengan LDLO = 786 mg/kg untuk manusia.
Bahaya utama Etilen glikol terletak pada rasa senyawa ini yang manis.
Hal inilah yang membuat anak-anak dan hewan sering tidak sengaja mengonsumsi Etilen glikol melebihi dosis maksimal yang diperbolehkan.
Saat terhirup, Etilen glikol teroksidasi menjadi asam glikolat dan kemudian menjadi asam oksalat, yang bersifat racun.
Etilen glikol dan produk sampingnya yang beracun akan menyerang sistem saraf pusat, jantung dan ginjal serta bisa bersifat fatal apabila tak segera ditangani.
Baca juga: Apa Itu Resesi? Pemerintah Sampai Siapkan Strategi untuk Hadapi Ancamannya di 2023
Polri Bentuk Tim Khusus
Dilansir TribunGorontalo.com dari Kompas.com, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan bahwa pihaknya bakal membentuk tim terkait produksi obat sirup yang dikonsumsi korban meninggal dengan vonis gagal ginjal akut.
Langkah ini sebagai tindak lanjut atas permintaan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Diketahui bahwa Muhadjir sebelumnya meminta Polri mengusut dugaan pidana di balik pembuatan obat-obatan yang mengandung Etilen glikol melebihi ambang batas.
Baca juga: Beda dengan Ferdy Sambo, Bharada E Pilih Tak Ajukan Eksepsi, Apa Itu Eksepsi?
Menko PMK Muhadjir Effendy meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo segera mengusut penyebab kasus gagal ginjal misterius pada anak, yang sejauh ini telah memakan 134 korban.
"Tentunya Polri akan segera membentuk tim," kata Irjen Pol Dedi ketika dimintai konfirmasi Kompas.com, Minggu (23/10/2022).
Irjen Pol Dedi menerangkan bahwa Bareskrim Polri akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Untuk selanjutnya, Polri bersama Kemenkes dan BPOM akan mendalami kasus penyakit gagal ginjal akut misterius pada anak tersebut.
"Untuk bersama mendalami kejadian tersebut sesuai atensi pimpinan," sebut Irjen Pol Dedi.
(TribunGorontalo.com/Nina Yuniar) (Kompas.com/Adhyasta Dirgantara)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Polri Bentuk Tim Usut Produksi Obat Sirup dengan Etilen Glikol Lebihi Ambang Batas"