Lapas Gorontalo
Lapas Kelas IIA Gorontalo Over Kapasitas, Daya Tampung 330 Tapi Diisi 638 Napi
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Gorontalo tengah menghadapi persoalan serius terkait kelebihan kapasitas.
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Gorontalo tengah menghadapi persoalan serius terkait kelebihan kapasitas.
Berdasarkan data per hari ini, jumlah penghuni yang tercatat dalam register mencapai 638 orang.
Padahal, kapasitas ideal hanya 330 orang. Artinya, jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari daya tampung semestinya.
Fenomena ini mencerminkan kondisi over kapasitas yang sudah berlangsung cukup lama.
Baca juga: Nama-nama Napi Gorontalo Terima Amnesti Presiden Prabowo, Total 8 Orang
Sejarah mencatat, Lapas yang kini berlokasi di Kelurahan Donggala, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo itu dulunya adalah Lapas kelas IIB.
Kenaikan status menjadi kelas IIA terjadi seiring pembangunan yang dilakukan pada waktu lalu.
"Kita naik ke kelas 2A harusnya bisa naik menjadi dua kali lipat, 500 orang," jelas Kepala Lapas IIA Gorontalo, Sulistyo Wibowo, Selasa (5/8/2025).
Menurut standar, Lapas kelas IIB menampung maksimal 250 orang.
Maka ketika status berubah ke kelas IIA, seharusnya kapasitasnya meningkat hingga 500 orang.
Namun hingga kini, kapasitas hanya berada di angka 330 tanpa penambahan fasilitas fisik yang memadai.
Laporan data terkini mencatat, penghuni terbanyak berasal dari kasus pidana umum, dengan jenis pidana perlindungan anak menempati urutan pertama sebanyak 216 terpidana.
Disusul pidana umum lainnya sebanyak 96 orang.
Sementara itu, untuk kasus pidana khusus, perkara narkotika mencatat jumlah tertinggi sebanyak 126 terpidana, diikuti tindak pidana korupsi sebanyak 75 orang.
Kondisi ini mendorong pihak Lapas untuk mendorong rencana pengembangan ke berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah.
"Keterlibatan pimpinan wilayah dan pemerintah daerah provinsi perlu dukungan juga. Saat ini kami sedang merancang, mencoba mengajukan pembangunan untuk Lapas kita," kata Sulistyo.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti lokasi Lapas yang berada di kawasan rawan banjir.
Hal ini menjadi tantangan tambahan selain persoalan kelebihan kapasitas.
Situasi tersebut turut disampaikan langsung kepada Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Silmy Karim, saat kunjungan kerja ke Gorontalo pada akhir Juni lalu.
Meski menghadapi keterbatasan, Sulistyo menegaskan bahwa pihaknya tetap menjaga kondisi Lapas agar tetap layak huni, khususnya dalam hal kebersihan dan sanitasi.
"Setiap hari ada yang mengeluh sakit kita berikan layanan kesehatan," ujarnya.
Kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Gorontalo telah terjalin untuk mendukung sanitasi, sementara untuk layanan medis, Lapas telah memiliki klinik pratama dan bermitra dengan RS Aloe Saboe serta BPJS Kesehatan untuk penanganan lanjutan.
Selain fasilitas dasar, penghuni Lapas juga diberikan ruang aktivitas seperti olahraga dan pembinaan keterampilan.
Meskipun fasilitas olahraga terbatas, aktivitas seperti voli, futsal, dan badminton tetap digelar secara rutin.
Sementara itu, pengembangan keterampilan diberikan melalui pelatihan menjahit dan pengelasan.
Dengan jumlah penghuni yang terus bertambah, Sulistyo berharap ada perhatian serius dari pemerintah pusat maupun daerah agar kapasitas dan fasilitas Lapas dapat segera ditingkatkan sesuai dengan beban yang dihadapi. (*/Jian)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.