Sejarah dan Budaya Gorontalo

22 Istilah Adat Gorontalo yang Perlu Dikenal Generasi Muda

Sebelum pengaruh kolonial masuk ke tanah Gorontalo, masyarakat setempat telah hidup dalam tatanan adat yang terstruktur, lengkap dengan sistem pemerin

Editor: Wawan Akuba
BERANDA MUSEUM SEJARAH GORONTALO
SEJARAH GORONTALO - Tahukah kamu bahwa sebelum era kolonial, Gorontalo sudah punya sistem pemerintahan adat yang sangat tertata? Dari Olongia sang raja, hingga Tamalate sang pengiring raja, ada 22 istilah adat yang menggambarkan peran penting dalam masyarakat. Bukan sekadar gelar, tapi simbol kehormatan, kearifan, dan nilai luhur yang membentuk jati diri Gorontalo. (Kolase FB Beranda Sejarah) 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo — Sebelum pengaruh kolonial masuk ke tanah Gorontalo, masyarakat setempat telah hidup dalam tatanan adat yang terstruktur, lengkap dengan sistem pemerintahan, hukum, pertahanan, hingga etika sosial yang diwariskan turun-temurun.

Sayangnya, tak banyak generasi muda kini yang mengenal dengan baik warisan luhur ini.

Padahal, 22 istilah adat berikut bukan sekadar gelar atau jabatan.

Masing-masing memiliki makna mendalam, fungsi penting dalam tatanan sosial, dan menjadi pondasi yang membentuk karakter masyarakat Gorontalo sejak dahulu kala.

Berikut daftar 22 istilah adat Gorontalo yang patut dikenali dan dimaknai oleh generasi masa kini:

1. Olongia / Bate Lo Lipu

Raja atau kepala negeri; pemimpin tertinggi dan simbol persatuan rakyat serta penjaga hukum adat.

2. Jogugu (Patila)

Setara dengan perdana menteri, ia menjadi pelaksana utama pemerintahan atas nama Olongia.

3. Dumati

Dewan penasehat adat yang menjaga nilai, norma, dan menjadi penjuru musyawarah adat.

4. Qadhi

Hakim agung adat dan syariah. Ia menegakkan hukum agama dan adat secara bersamaan.

5. Tinepo (Tinipo)

Pembawa pesan kerajaan dan pengelola protokoler adat.

6. Kapita (Kapiten)

Panglima perang adat yang memimpin pasukan serta menjaga pertahanan negeri.

7. Bodea

Prajurit kerajaan yang bertugas mengawal istana dan menjaga keamanan wilayah.

8. Tamalate / Tamolati

Pengiring raja dan pemangku adat dalam pelaksanaan hukum, serta penjaga ruang musyawarah kerajaan.

9. Tiendengo / Siendeng

Pendamping raja yang mendalami nilai-nilai adab dan etika; pilar harmoni sosial dan penjaga moralitas adat.

10. Marsaoleh

Bangsawan terhormat dan penghubung antara istana dan masyarakat.

11. Apitalau

Laksamana laut, pemimpin pertahanan dan pelayaran di wilayah maritim kerajaan.

12. Wali lo Lipu (Bubato)

Dewan adat negeri yang menjadi representasi suara rakyat dan penjaga keputusan adat.

13. Wulea lo Lipu

Artinya “Perisai Negeri”, sebuah gelar kehormatan bagi pelindung adat, hukum, dan stabilitas masyarakat.

14. Luntuto Ulungo

Penunjuk jalan secara spiritual dan moral dalam kehidupan masyarakat adat.

15. Luntuto Ulungo Layio

Pemimpin spiritual tertinggi yang membimbing para pemangku adat.

16. Luntuto Ulungo Wolato

Penuntun rakyat dalam menjalani norma sosial adat sehari-hari.

17. Jolebe / Lihawa

Kaum bangsawan muda yang dipersiapkan sebagai pelanjut pemangku adat.

18. Jubalu

Pejabat adat menengah yang bertugas di level komunitas dan pelaksana kebijakan lokal.

19. Jumangopa

Petugas keamanan adat yang mengatur ketertiban wilayah.

20. Ti Sobuto / Tobuto

Rakyat biasa yang pernah menjabat dan kini berperan sebagai penasihat sosial dan ekonomi komunitas.

21. Pohala’a

Klan atau marga adat berdasarkan keturunan. Misalnya: Gorontalo, Limboto, Suwawa, dan Atinggola.

22. Moloopu

Upacara adat untuk menyambut pemimpin atau tamu agung, dilaksanakan dengan penuh penghormatan di Bele Yiladia (Rumah Kemuliaan).

Mengapa Generasi Muda Harus Tahu?

Dalam arus modernisasi yang kian deras, mengetahui dan memahami warisan adat seperti ini penting agar generasi muda Gorontalo tidak tercerabut dari akarnya.

Adat bukan sekadar masa lalu, tetapi landasan nilai-nilai yang membentuk etika, solidaritas, hingga jati diri suatu bangsa.

"Adati hula-hulaa to Syara’, Syara’ hula-hulaa to Kuru’ani" – pepatah adat Gorontalo yang berarti “Adat bersendikan syariat, syariat bersendikan Al-Qur’an”, adalah contoh bagaimana adat dan agama menjadi dua tiang penyangga yang tak terpisahkan dalam peradaban Gorontalo.

Sudah saatnya generasi muda tak sekadar bangga pada budaya, tapi juga memahaminya hingga ke akar. Karena dari sanalah kita mengenali siapa kita sebenarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved