Festival Apangi Gorontalo

10 Ribu Apangi Dibagikan Gratis! Festival Unik di Gorontalo Ini Bikin Jalan Macet Total

Suasana Kelurahan Dembe Satu, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, Sabtu malam (5/7/2025) berubah jadi lautan manusia.

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Jefri Potabuga, TribunGorontalo.com.
FESTIVAL APANGI--Festival Apangi itu dilaksanakan di Kelurahan Dembe Satu, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo ini untuk memperingati hari Asyura 10 Muharam 1447 Hijiriah, Sabtu malam (5/7/2025). Foto: TribunGorontalo.com/Jefri Potabuga. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Suasana Kelurahan Dembe Satu, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, Sabtu malam (5/7/2025) berubah jadi lautan manusia.

Ribuan warga dari dalam dan luar kota tumpah ruah menyemarakkan Festival Apangi, sebuah tradisi khas Gorontalo yang digelar setiap 10 Muharam untuk memperingati hari Asyura 1447 Hijriah.

Yang bikin heboh, sebanyak 10 ribu apangi, kue tradisional manis khas Gorontalo, dibagikan gratis oleh warga yang menyulap halaman rumah mereka menjadi stan penyambutan tamu.

Tak heran, sejak matahari terbenam, arus kendaraan mulai melambat, hingga akhirnya macet total tak terhindarkan di sepanjang jalan utama Kelurahan Dembe Satu.

“Macetnya kayak Lebaran, tapi ini Lebaran Apangi,” celetuk salah satu pengunjung sambil tertawa.

Apangi yang dibagikan pun bukan sembarangan. Warga berkreasi sebebas-bebasnya, membuat apangi berwarna pelangi, berbentuk gunung, bahkan ada yang menyerupai piring lengkap dengan ukiran nama.

Setiap rumah bisa menyajikan hingga 100 apangi lebih, sebagai bentuk jamuan untuk tamu dari mana saja, baik kenal maupun tidak.

Festival ini sudah digelar sejak tahun 2016, dan kini menjadi magnet budaya yang setiap tahunnya semakin ramai.

Uniknya lagi, seluruh kegiatan ini dilakukan tanpa sponsor atau dana pemerintah.

Warga membuat apangi secara swadaya, mulai dari tengah malam hingga menjelang subuh.

“Kami mulai bikin jam 10 malam, baru selesai subuh. Setelah Ashar, apangi dibawa ke masjid untuk didoakan bersama-sama,” ujar Debi Rahman, warga setempat.

Doa ini menjadi bagian penting dalam tradisi. Kue apangi bukan sekadar camilan, tapi simbol rasa syukur dan peringatan atas perjuangan para Nabi dalam menegakkan Islam.

Maka dari itu, apangi yang dibagikan harus didoakan terlebih dulu agar membawa keberkahan bagi siapa pun yang menyantapnya.

Setelah Magrib, suasana semakin membludak. Volume kendaraan meningkat tajam, warga dari luar kelurahan hingga luar kota berdatangan, membuat jalanan kecil di Dembe Satu penuh sesak.

Namun di balik keramaian itu, ada rasa hangat yang sulit ditemukan di tempat lain.

Tak ada batasan dalam festival ini. Semua orang boleh datang, makan, menambah, bahkan membawa pulang apangi, yang dikenal dengan istilah khas masyarakat Gorontalo: 3M – Monga, Moduhengo, Modelo (Makan, Tambah, Bawa Pulang).

“Festival Apangi ini tentang berbagi, tentang silaturahmi. Semuanya dari hati,” kata Reflin Abdulatif dari Ikatan Remaja Masjid (Irmas) Al-Jihad yang menjadi motor penggerak acara.(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved