UMKM Gorontalo
Melewati Tiga Generasi, UMKM Rotan Asal Gorontalo Ini Tetap Eksis Sejak 1980-an
Gempuran produk-produk pabrikan dan tren furnitur modern berbahan sintetis tak mematikan Usaha kerajinan rotan milik keluarga Dunggio.
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
Pasar mereka juga unik. Sebagian besar pembelian datang dari para pengecer yang memborong produk untuk dijual kembali ke berbagai daerah.
Namun tak sedikit pula konsumen yang datang langsung, sekadar membeli satuan atau memesan produk khusus.
“Momen paling ramai itu biasanya saat Ramadan. Permintaan bisa naik sampai 70 paket meja dan kursi dalam sebulan,” ungkap Sigit.
Harga produk bervariasi, tergantung model dan ukuran. Satu paket meja dan kursi dibanderol mulai dari Rp1 juta hingga Rp1,7 juta.
Di bulan biasa, penjualan bisa mencapai 20 paket, sesuai kapasitas produksi yang tersedia.
Keunikan lain dari usaha ini adalah keberlanjutannya. Di saat sebagian besar pengrajin rotan di Gorontalo memilih gulung tikar atau beralih profesi, keluarga Dunggio tetap bertahan dan berkembang.
Mereka mampu bersaing dengan produk pabrikan tanpa harus kehilangan identitas.
“Memang dari kecil saya sudah terbiasa melihat orang tua menganyam. Lama-lama belajar, terbiasa, dan akhirnya jadi tekun,” kenang Sigit.
Kini, usaha kerajinan rotan keluarga Dunggio bukan hanya menjadi tumpuan ekonomi keluarga, tapi juga membuka lapangan kerja bagi warga sekitar.
Di tengah arus modernisasi, usaha ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal tak pernah usang jika dirawat dengan cinta dan konsistensi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.