Perang Rusia Ukraina

Gagal Infiltrasi Ukraina Lewat Pipa Gas, Pasukan Rusia Gunakan Taktik Tak Biasa di Sudzha

Namun, operasi ini berakhir dengan kegagalan akibat masalah organisasi yang tidak dijelaskan secara rinci.

Editor: Wawan Akuba
Netizen
TANGKAPAN LAYAR VIDEO - Pasukan Rusia menyusup ke posisi Ukraina di dekat Sudzha, wilayah Kursk, Rusia, dengan menggunakan pipa gas. 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Pasukan Rusia baru-baru ini mencoba menyusup ke posisi Ukraina di dekat Sudzha, wilayah Kursk, Rusia, dengan menggunakan pipa gas sebagai jalur infiltrasi.

Namun, operasi ini berakhir dengan kegagalan akibat masalah organisasi yang tidak dijelaskan secara rinci.

Rekaman video yang diduga mendokumentasikan manuver tak biasa ini telah beredar luas di dunia maya.

Namun, keaslian video tersebut belum bisa diverifikasi. Jika klaim ini benar, hal ini mengungkap taktik tak konvensional yang berkembang.

Perlu diketahui perang Rusia dan Ukraina telah berlangsung lebih dari tiga tahun dan kedua pihak terus berupaya menguasai wilayah strategis.

Pipa Gas yang Berubah Fungsi dalam Perang

Pipa gas yang diduga menjadi jalur infiltrasi adalah pipa Urengoy-Pomary-Uzhgorod, sebuah proyek era Soviet yang dulu menjadi jalur utama ekspor gas Rusia ke Eropa.

Pipa ini membentang dari Siberia, melewati Kursk, hingga masuk ke Ukraina.

Sudzha, sebuah kota perbatasan yang kini menjadi medan pertempuran, juga dilalui oleh infrastruktur vital ini.

Dahulu, pipa ini adalah simbol dominasi energi Moskow di Eropa, menyalurkan gas dalam jumlah besar dan mendatangkan miliaran dolar bagi Rusia.

Bahkan setelah invasi penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, pipa ini tetap beroperasi di bawah perjanjian transit antara Moskow dan Kyiv—salah satu dari sedikit kerja sama yang masih bertahan di tengah perang.

Namun, perjanjian tersebut berakhir pada 31 Desember 2024, dan Ukraina menolak untuk memperpanjangnya.

Sejak 1 Januari 2025, aliran gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina pun terhenti.

Keputusan ini didorong oleh alasan strategis dan politik, termasuk upaya melemahkan pendapatan Rusia serta mendukung kebijakan Barat untuk mengurangi ketergantungan pada energi Moskow. 

Kini, pipa yang dulu menjadi alat ekonomi, justru tampaknya mulai digunakan sebagai alat perang.

Dinamika Pertempuran di Kursk

Sejak Agustus 2024, situasi di Kursk semakin bergejolak setelah Ukraina melancarkan serangan besar ke wilayah Rusia.

Dengan kekuatan sekitar 10.000 tentara serta dukungan kendaraan lapis baja dan tank, serangan itu berhasil mengejutkan pertahanan Rusia.

Serangan ini dipandang sebagai respons terhadap ofensif Rusia di Kharkiv pada Mei 2024 serta sebagai strategi untuk menggagalkan rencana Moskow menyerang wilayah Sumy di Ukraina.

Pada puncak serangannya, Ukraina menguasai sekitar 1.200 kilometer persegi wilayah Kursk, termasuk 93 permukiman.

Bahkan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sempat mengklaim bahwa pasukannya berhasil menduduki Sudzha dan mendirikan pusat komando militer di sana.

Namun, sejak akhir 2024, Rusia mulai melancarkan serangan balik yang intens.

Dengan tambahan pasukan, termasuk tentara Korea Utara yang diduga mulai dikerahkan pada akhir tahun, Moskow berhasil merebut kembali sekitar 40 persen wilayah yang sebelumnya dikuasai Ukraina.

Saat ini, Ukraina masih mempertahankan sekitar 585 kilometer persegi wilayah di Kursk, dengan pertempuran sengit terus berlangsung di titik-titik strategis seperti Sudzha.

Perang di Kursk telah menelan korban besar di kedua pihak. Ukraina mengklaim telah menewaskan 15.000 tentara Rusia di wilayah ini, sementara Rusia mengklaim bahwa Ukraina telah kehilangan lebih dari 49.000 personel.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved