Ramadan 2025

Mayoritas Penghuni Kos di Kota Gorontalo Pulang Kampung Sehari Jelang Ramadan

Ada yang bergegas pulang kampung untuk menikmati buka puasa bersama keluarga, sementara yang lain harus bertahan di perantauan karena pekerjaan atau k

Penulis: Arianto Panambang | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Arianto Panambang, TribunGorontalo.com
ANAK KOS - Sebuah kost-kostan di jalan dewi sartika Kota Gorontalo, Jumat (28/2/2025) pagi. Mayoritas anak kost di Kota Gorontalo pulang kampung namun ada yg bertahan karena pekerjaan. Foto (TribunGorontalo.com/Arianto Panambang). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Kota Gorontalo – Ramadan selalu menghadirkan cerita berbeda bagi para perantau, terutama anak kos di Kota Gorontalo. 

Ada yang bergegas pulang kampung untuk menikmati buka puasa bersama keluarga, sementara yang lain harus bertahan di perantauan karena pekerjaan atau kewajiban lain.

Salah satu mahasiswa Pepen Djailani (23), mahasiswa asal Boalemo mengatakan ramadan adalah waktu yang paling ia tunggu untuk bisa kembali ke rumah.

Setelah berbulan-bulan hidup mandiri di kos-kosan, ia merasa rindu dengan suasana buka puasa bersama orang tua dan saudara-saudaranya.

"Di kos, buka puasa sering seadanya, beli nasi bungkus atau makan mie instan. Kalau di rumah, suasananya beda, ada masakan ibu, ada keluarga, dan lebih hangat," ujar Pepen saat diwawancarai TribunGorontalo.com, Jumat (28/2/2025).

Hal serupa dirasakan oleh Saripa (21), mahasiswi asal Pohuwato. Ia sudah menyiapkan segala keperluan untuk mudik ke kampung halamannya dan tidak sabar bertemu dengan keluarga.

"Ramadan di rumah lebih istimewa. Ada tradisi buka puasa bersama keluarga besar, terus biasanya setelah tarawih masih ngobrol sampai larut," terangnya.

Di sisi lain, tak semua anak kos memiliki kesempatan untuk mudik. Martanti (26), seorang Guru swasta di Kota Gorontalo, harus tetap tinggal karena pekerjaannya tidak bisa ditinggalkan.

"Pengen pulang, tapi kalau sekarang ambil cuti, nanti pas Lebaran malah tidak bisa libur. Jadi lebih baik bertahan dulu," ujarnya.

Ia mengaku suasana Ramadan di kos memang jauh berbeda dibanding di rumah. Tapi ia tak punya pilihan lain, Martanti juga harus bertahan di kost karena takut gajinya dipotong.

"Kalau di rumah, ibu selalu siapin makanan enak buat buka dan sahur. Kalau di kos, ya seadanya saja, beli di luar atau masak simpel," tambahnya.

Namun, meski jauh dari keluarga, Martanti tetap bertahan di Kota Gorontalo tak kehilangan cara untuk merayakan Ramadan dengan hangat.

Selain itu, beberapa komunitas dan masjid di Kota Gorontalo juga rutin mengadakan buka puasa gratis untuk perantau dan masyarakat sekitar. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved