Tribun HIS

Usia 71 Tahun Idris Ibrahim Jualan Cukuran Kelapa Keliling di Gorontalo, Setiap Hari Pikul 4 Buah

Usia yang renta, mestinya digunakan untuk istirahat di rumah. Namun dengan keterbatasan ekonomi, Idris terpaksa masih harus jualan. 

Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Herjianto Tangahu, TribunGorontalo.com
PENJUAL CUKURAN KELAPA: Idris Ibrahim (71) saat diwawancarai di bahu Jalan Medi Botutihe, Kelurahan Heledulaa Selatan, Kota Gorontalo Timur, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (26/2/2025). Idris memilih jualan cukuran kepala daripada minta-minta. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Ia bersandar di bawah pohon rindang, di Jalan Medi Botutihe, Kelurahan Heledulaa Selatan, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo, Rabu (26/2/2025).

Ia adalah Idris Ibrahim, pria usia 71 tahun yang masih setia jualan keliling. 

Bukan kue, barang yang dijajakan adalah cukuran kelapa, alat konvensional untuk menghasilkan kelapa parut. 

Saat ditemui, pria yang kerap disapa Ono itu, bercerita jika dirinya sudah 30 tahun melakoni pekerjaan ini. 

"Kalau seingat saya mungkin sudah 30 tahun," ungkapnya dengan nafas terengah.

Baca juga: Warga Gorontalo Diimbau Tak Ikut-ikutan Tren Jalan Kaki ke Tanah Suci Makkah

Usia yang renta, mestinya digunakan untuk istirahat di rumah. Namun dengan keterbatasan ekonomi, Idris terpaksa masih harus jualan. 

Saban hari, Idris menjajali jalanan Kota Gorontalo, bahkan hingga belasan kilometer (km).

Empat cukuran kelapa ia pikul. Ukurannya kira-kira sebesar galon ukuran 19 liter.

Cukuran ini berbahan kayu dengan gerigi besi khusus memarut kelapa dari batoknya.

Tak ada raut wajah capek dari Idris. Ia malah saat diwawancarai, antusias menjawab. Bahakn, ketika melanjutkan perjalannya, ia bersemangat. 

Panas terik siang tadi, buat Idris seakan bukan halangan. Ia menerobos cuaca yang tampaknya terik.

Postur Idris tampak membungkuk pengaruh usianya yang kini sudah 7 dekade. 

Baca juga: 440 Ribu Anak Terpapar Judi Online, Didominasi Anak Usia 20 Tahun

Namun, empat cukuran masih anteng saja di bahunya. Mungkin berat, tapi seakan beban itu ringan untuk Idris. 

Rumah Idris di Kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango. 

Ia dijemput cucunya setiap sore lepas bekerja, meski jualannya tak laku. 

Tapi meski begitu, tak ada yang menyangka rupanya penghasilan Idris tak main-main.

"Saya dibayar harian Rp 100 ribu," ujarnya.

Jumlah itu ia dapat meski seluruh jualannya tak laku. Namun sebetulnya jarang ada yang tak laku. 

"Waktu masih kuat, saya bisa bawa sampai 10," bebernya. 

Bahkan saat itu ia mampu jualan sampai ke Limboto dengan berjalan kaki. 

Baca juga: Profil Moh Triadityansyah Mahasiswa S-2 UNG Gorontalo Lulus Predikat Cumlaude

Idris mengaku dilarang anak untuk jualan, sebab usianya yang renta. 

Namun karena sudah terbiasa jualan, berdiam diri di rumah justru membosankan menurut Idris. 

"Kalau begini kan tiap hari keluar keringat, jalan kaki, otot-otot semua bergerak," tukasnya sesekali tersenyum. 

Bersyukur, setiap hari Idris sering bertemu orang-orang baik. Ada yang memberinya uang, minuman dan makanan. 

Namun ia sama sekali tak berharap balas kasih atau iba dari masyarakat. 

Niatnya turun dari rumah adalah, menjual cukuran kelapa untuk kebutuhan hidup. (*/Jian)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved