Perundungan di SMK

Siswi MTS Lumpuh usai Dirundung Teman Tarik Bangku hingga Jatuh

Seorang siswi MTS Amelisya mengalami cedera serius setelah dirundung oleh teman-temannya. Atas kejadian ini  Korban mengalami lumpuh.

Posbelitung.co/Bryan Bimantoro
SISWA MTS LUMPUH - Seorang siswi MTS Amelisya (12) mengalami cedera serius setelah dirundung oleh teman-temannya. Atas kejadian ini  Korban mengalami lumpuh setelah jatuh dari bangku yang ditarik oleh teman-temannya. Posbelitung.co/Bryan Bimantoro, Sabtu (1/2/2025) 

TRIBUNGORONTALO.COM-Seorang siswi MTS Amelisya (12) mengalami cedera serius setelah dirundung oleh teman-temannya. Atas kejadian ini  Korban mengalami lumpuh setelah jatuh dari bangku yang ditarik oleh teman-temannya.

Kejadian siswi MTs sampai alami kelumpuhan ini belakangan menjadi perbincangan di kalangan Komnas Anak.

Peristiwa siswi MTS Manggar yang mengalami kelumpuhan akibat perundungan ini mendapat perhatian serius dari  Komnas Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Ketua Komnas Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Imelda Handayani, menyayangkan kejadian ini dan menegaskan bahwa bullying bukan sekadar candaan, melainkan tindakan yang dapat berujung fatal.

"Kami sangat menyayangkan kasus bullying seperti ini terjadi di daerah kita. Ini harus menjadi perhatian serius, jangan lagi dianggap sebagai lelucon biasa," kata Imelda, Kamis (30/1/2025), seperti dikutip TribunJatim.com dari Bangkapos.com, Kamis.

Menurutnya, kasus yang menimpa Amelisya terjadi karena pelaku menganggap perundungan sebagai hal biasa dan terus mengulanginya. 

Bahkan setelah ditelusuri, korban sering diolok-olok dan pernah dipukul oleh temannya yang menarik bangkunya hingga terjatuh.

Imelda juga menyoroti minimnya peran sekolah dalam mencegah kasus serupa.

Baca juga: GORONTALO TERPOPULER: Nestapa Pelajar Kabupaten Gorontalo – Penjelasan Kejati soal Kasus Hamim Pou

Dia menegaskan bahwa sekolah harus lebih aktif mengingatkan siswa dan berani memberikan sanksi tegas kepada pelaku bullying.

"Yang sangat kami sayangkan, belum ada tindakan tegas dari pihak sekolah, padahal kejadian ini sangat serius. Kita tidak ingin ada korban lain yang mengalami hal serupa atau lebih buruk," tegasnya.

Saat ini, keluarga korban telah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.

Mengingat pelaku juga masih di bawah umur, proses hukum akan berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

"Kami terus mengadvokasi agar kasus ini dapat diselesaikan dengan baik. Namun, karena korban kemungkinan mengalami cacat fisik, kami mendorong keluarga untuk menempuh jalur hukum. Kasus bullying harus ada konsekuensi hukum bagi pelaku," kata Imelda.

Kasus ini dikatakan Imelda menjadi peringatan keras bagi semua pihak, khususnya sekolah dan orang tua, agar lebih waspada terhadap tindakan perundungan yang bisa berdampak serius pada fisik maupun mental korban.

AR atau Albi (9) siswa SD yang dibully kakak kelasnya kini meninggal dunia.

Albi siswa kelas 3 SD di Subang itu meninggal dunia pada Senin (25/11/2024) sekitar pukul 16.10 WIB.

Kini, kasus bullying yang dialami Albi ditangani kepolisian.

Albi sendiri sempat koma di ruang ICU anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subang, Jawa Barat.

Kini Pj Bupati Subang, Imran, sudah berada di ruang Jenazah RSUD Subang untuk melihat langsung jenazah korban.

Jenazah korban akan dibawa ke RS Bhayangkara Polri Losarang Indramayu untuk proses autopsi, guna memastikan kematian korban yang sesungguhnya.

Kapolres Subang AKBP Ariek Indra Sentanu, melalui Kasatreskrim AKP Gilang Indra Friyana Rahmat, membenarkan korban siswa kelas 3 SDN Jayamukti tersebut meninggal dunia.

"Korban dugaan kekerasan kakak kelas tersebut, meninggal dunia sekitar pukul 16.10 WIB dan saat ini jenazah sudah berada di kamar Jenazah RSUD Subang," kata Kasatreskrim Polres Subang, AKP Gilang Indra Friyana Rahmat, Senin (25/11/2024) malam, melansir dari TribunJabar via Kompas.com.

Baca juga: Simak Daftar iPhone dan Android yang Tak Bisa Pakai WhatsApp di Mei 2025

Selanjutnya, jenazah korban akan dibawa RS Bhayangkara Indramayu untuk diautopsi.

"Autopsi ini dilakukan untuk memastikan penyebab korban meninggal dunia, sekaligus untuk proses penyelidikan kasus ini," ucapnya Kasatreskrim juga menegaskan proses penyidikan kasus ini masih terus berlangsung.

"Kami sudah lakukan pemeriksaan sejumlah saksi baik dari pihak keluarga, teman korban hingga pihak sekolah. Karena korban meninggal, kami akan menunggu hasil autopsi untuk memastikan penyebab korban meninggal," tutur dia.

Sebelum koma tak sadarkan diri, Albi mengalami sakit kepala berat dan muntah-muntah, hingga langsung tak sadarkan diri.

Berdasarkan pengakuan pihak keluarga, sebelum koma, Albi sempat cerita dirinya sering dipukuli oleh kakak kelasnya baik di sekolah maupun di tempat pengajian.

Dari pengakuan korban tersebut akhirnya pihak keluarga membuat laporan ke polisi dan sampai meninggalnya Albi, Polres Subang masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus perundungan di SDN Jayamukti Blanakan Subang ini.

Di sisi lain, Kepala SDN Jayamukti, Kasim menduga peristiwa perundungan terjadi di luar lingkungan sekolah saat jam istirahat.

Pihak sekolah juga baru mengetahui kejadian tersebut setelah keluarga Albi menyampaikan keluhan, saat korban sudah dalam kondisi kritis.

"Kami baru tahu setelah seminggu, ketika korban sudah di rumah sakit. Itu pun dari laporan keluarga yang sempat berbicara dengan guru kelas,” kata Kasim.

Polres Subang telah mengambil alih kasus ini untuk penyelidikan lebih lanjut.

AKP Gilang menyatakan bahwa pihaknya tengah memeriksa sejumlah saksi, termasuk keluarga korban, teman sekolah, dan pihak sekolah.

“Otopsi akan dilakukan di RS Bhayangkara Indramayu untuk memastikan penyebab kematian korban,” jelas AKP Gilang. Dokter Syamsul Riza, Wakil Direktur RSUD Subang, menyebutkan bahwa kondisi Albi sangat tidak stabil saat tiba di rumah sakit.

“Kami tidak bisa melakukan pemeriksaan menyeluruh karena pasien langsung tidak sadarkan diri. Penyebab kematian akan dipastikan melalui otopsi,” katanya.

Penanganan dan pencegahan perundungan di sekolah harus menjadi prioritas bagi pihak berwenang dan lembaga pendidikan untuk mencegah tragedi serupa terjadi lagi.

Baca juga: Diduga Cemburu, 2 Wanita Ini Habisi Pria Disabilitas di Subang, Ditusuk 27 Kali

Pihak kepolisian berkomitmen untuk menyelesaikan kasus ini secara transparan.

“Kami akan memproses kasus ini hingga tuntas, memastikan semua pihak yang terlibat bertanggung jawab,” tegas AKP Gilang.

Albi Curhat Ditendang hingga Kepala Dijedotin ke Tembok

Sebelumnya, kondisi korban diungkap saudaranya, Sarti.

Sarti mengatakan, pihak keluarga baru mengetahui kasus perundungan itu setelah kondisi korban memburuk.

Korban mengeluh sakit kepala dan perut hingga muntah-muntah.

"Dua hari itu dia muntah terus, kalau makan muntah, makan muntah, perutnya sakit, sama uwa-nya enggak cerita karena takut, kata saya kenapa kamu kayak gitu, sakit perutnya, dibenerin (diurut) abis diurut enggak muntah lagi," ujar Sarti saat dihubungi, Minggu (24/11/2024).

Sarti menyebut, korban sempat masuk sekolah, namun kondisinya terus memburuk.

Korban bahkan kesulitan membuka kelopak mata dan berjalan dengan cara merangkak.

Hanya saja, kata Sarti, korban tidak pernah menceritakan apa yang ia alami.

"Waktu dia mau drop mau berangkat ke rumah sakit, saya tanya kamu kenapa kepalanya sakit, melek enggak bisa, jalan susah, katanya dijedotin ke tembok, ditajong (tendang) pengakuannya sama tiga orang itu," ujar Sarti, melansir dari Kompas.com.

Keluarga sudah memberi tahu apa yang dialami korban kepada wali kelas beberapa hari setelah kejadian.

"Saat itu saya mau ke sekolah, tahunya udah bubar, kantor enggak ada udah pada ke mana gurunya, jadi saya balik lagi enggak jadi (laporan saat itu)," kata Sarti.

 

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com

Sumber: TribunJatim
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved