Uang Palsu UIN Alauddin Makassar
Canggih! Uang Palsu Hasil Cetakan Dosen Makassar Bisa Lolos X-Ray, Pakai Mesin dan Tinta dari China
Uang palsu yang diproduksi di ruang bekas toilet perpustakaan kampus tersebut ternyata memiliki kualitas tinggi hingga mampu lolos pemeriksaan x-ray.
Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM -- Fakta baru terungkap dalam kasus pencetakan uang palsu yang melibatkan Dr. Andi Ibrahim, Kepala UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Gowa, Sulawesi Selatan.
Uang palsu yang diproduksi di ruang bekas toilet perpustakaan kampus tersebut ternyata memiliki kualitas tinggi hingga mampu lolos pemeriksaan x-ray.
Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, menjelaskan bahwa uang palsu tersebut dibuat menggunakan mesin canggih dan tinta khusus yang diimpor langsung dari China.
"Mesin pencetak ini dibeli dari Surabaya, tetapi spesifikasi dan komponennya dipesan langsung dari China, termasuk tinta dan kertasnya," ungkapnya dalam konferensi pers, Kamis (19/12/2024).
Menurut penyelidikan, komplotan yang dipimpin Dr. Andi Ibrahim mampu memproduksi uang palsu dalam jumlah besar.
Satu rim kertas khusus yang digunakan dapat menghasilkan uang palsu senilai Rp1,2 miliar.
Polisi menyita sebanyak 40 rim kertas yang masih belum digunakan.
Beroperasi Sejak 2010 Lebih jauh, penyidikan mengungkap bahwa sindikat ini telah beroperasi sejak 2010.
Selama lebih dari satu dekade, mereka berhasil mencetak puluhan miliar rupiah uang palsu yang berpotensi digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk pendanaan politik.
Kasus ini bukan baru saja terjadi. Mereka sudah beraksi sejak lama, memanfaatkan kelemahan pengawasan di lingkungan kampus.
Pengungkapan kasus ini dilakukan melalui joint investigation yang melibatkan Laboratorium Forensik, Bank Indonesia (BI), serta perbankan seperti BRI dan BNI.
Lokasi Produksi di Ruang Bekas Toilet
Salah satu temuan yang mengejutkan adalah lokasi produksi uang palsu yang berada di ruang bekas toilet perpustakaan UIN Alauddin Makassar.
Tempat ini dipilih agar aktivitas mencurigakan tidak terdeteksi oleh mahasiswa maupun staf kampus lainnya.
Setelah kasus ini terungkap, banyak pedagang di Gowa menjadi waspada dan mulai menolak uang pecahan Rp100 ribu.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/fgvuhfvggyhgh.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.