Uang Palsu UIN Alauddin Makassar

Terungkap Fakta Doktor Bos Uang Palsu dan Doktor Predator Seksual Mahasiswi Pernah Jadi Rekan Kerja

Dua doktor asal Makassar, yang juga dosen di perguruan tinggi negeri terkemuka, menjadi sorotan media dalam dua bulan terakhir

TribunTimur
Ilustrasi-Dua doktor asal Makassar, yang juga dosen di perguruan tinggi negeri terkemuka, menjadi sorotan media dalam dua bulan terakhir 

Ada 100 jenis barang bukti disita, termasuk mesin pencetak uang palsu tersebut.

Selain barang bukti, pihak kepolisian juga mengamankan terduga pelaku Kepala perpustakaan dan satu staf UIN Alauddin Makassar.

Berdasarkan keterangan polisi, uang palsu yang sempat dicetak di kampus UIN Alauddin, berkisar Rp2 miliar. Sebagian uang itu telah disebarkan ke daerah, di antaranya, Gowa, Mamuju (Sulbar), dan Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Selebihnya, Rp 446 juta berhasil disita dari lokasi yang diduga sebagai tempat percetakan. Uang palsu itu ini dalam penguasaan Polres Gowa.  Ibrahim disebut menjadi otak di balik pencetakan uang palsu ini.

Pelecehan seksual di Unhas

Mahasiswi FIB Unhas sebut saja Bunga menjadi korban pelecehan seksual. Pelakunya dosen.

Bunga, angkatan 2021 mengaku, peristiwa tersebut terjadi pada 25 September lalu, ketika ia datang melakukan bimbingan terkait rencana penelitian skripsinya. 

Ia diminta bertemu dengan Firman di ruang kerjanya di Dekanat FIB Unhas.  

 “Selama ini saya bimbingan layaknya dosen dan mahasiswa, tapi pada hari itu setelah bimbingan, saya minta pulang, namun ditahan,” ungkap Bunga kepada Tribun-Timur.com, Senin (18/11/2024).  

Saat itu, waktu perkuliahan sudah selesai, dan Bunga meminta izin pulang. Namun, Firman tetap memaksa agar Bunga tidak meninggalkan ruangan.  

“Jam 4 sore saya mulai bimbingan. Lalu, karena saya rasa sudah sore, saya ingin pulang,” jelas Bunga.

“Awalnya dia pegang tangan saya, tapi saya memberontak terus. Dia kemudian memaksa untuk memeluk saya, tapi saya menolaknya.”  

Bunga menceritakan bahwa Firman terus memaksanya melakukan tindakan tidak senonoh di ruang kerjanya.  

“Dia terus memaksa saya dan saya berteriak untuk meminta pulang,” kata Bunga.  

Akhirnya, Bunga dilepaskan, namun kejadian tersebut meninggalkan trauma mendalam. Selama hampir dua bulan, Bunga merasa kesulitan melanjutkan aktivitas kampusnya.  

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved