Human Interest Story
Perjalanan Sukses Hamdan Basir, dari Petani Menjadi Montir Terkenal di Desa Ayuhulalo
Tapi perjalanannya menuju kesuksesan tak semulus itu. Sebab ia harus melewati berbagai tantangan yang menguji semangat dan kesabarannya.
Penulis: Nawir Islim | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Boalemo -- Hamdan Basir, seorang pria berusia 38 tahun asal Desa Ayuhulalo, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, telah menorehkan kisah inspiratif yang patut dicontoh.
Sebelum menjadi montir terkenal, Hamdan menghabiskan 16 tahun hidupnya sebagai petani. Namun, lebih dari satu dekade terakhir, ia memilih beralih profesi dan mendalami usaha perbengkelan.
Hamdan memulai karirnya sebagai montir dengan bekerja di bengkel orang lain. Saat itu, penghasilannya hanya Rp 25 ribu per hari. Meski penghasilan tersebut tidak seberapa, Hamdan tak pernah menyerah.
“Awalnya saya hanya bekerja di bengkel orang lain, yang hanya dibayarkan sebesar Rp 25 ribu per harinya,” ungkap Hamdan mengenang masa-masa sulitnya.
Dua bengkel yang menjadi tempatnya bekerja berada di dua desa yang berbeda, yaitu Desa Mohungo dan Desa Hungayonaa di Kecamatan Tilamuta. Jadwal kerjanya pun sangat padat.
"Senin sampai Kamis saya di Mohungo, Jumat dan Sabtu di Hungayonaa, dan untuk Minggu saya libur," tuturnya.
Berkat ketekunan dan kerja keras, Hamdan berhasil menabung dari penghasilan montirnya.
Tabungan tersebut menjadi modal awal untuk membuka bengkelnya sendiri, yang ia namai 'Basir Star Bengkel'. Bengkel ini berlokasi di Dusun 1, Desa Ayuhulalo, tempat kelahirannya.
Namun, perjalanan membuka usaha bengkel tidaklah mudah. Ayah dari tiga anak ini sempat mengalami kesulitan karena lokasi bengkelnya yang berada di daerah terpencil dan jarang dilalui kendaraan.
“Memang awalnya sangat sulit, karena siapa yang mau perbaiki motor di tempat jauh yang jarang ada kendaraan lewat. Tapi, mungkin karena sudah banyak yang kenal dengan saya, alhamdulillah, sampai sekarang banyak orang yang datang,” ujar Hamdan dengan rasa syukur.
Bengkel milik Hamdan menawarkan berbagai macam layanan, mulai dari servis onderdil motor hingga memperbaiki motor yang sudah tidak bisa berfungsi sama sekali.
Ia bahkan menawarkan modifikasi motor khusus untuk petani. “Kadang kita juga modifikasi motor kebun, yang awalnya motor biasa disulap menjadi motor trail yang bisa dipakai petani jika ingin ke kebun,” jelasnya.
Meski usaha bengkelnya terus berkembang, Hamdan tetap realistis terhadap penghasilannya yang tidak menentu. “Penghasilan bengkel itu tidak menentu, karena kita menjual jasa.
Selebihnya kita jual barang onderdil, ya paling sekitaran Rp 10 hingga Rp 15 juta per bulan. Kalau ramai, bahkan bisa lebih. Tapi kalau sepi, kadang cuma dapat Rp 3 juta,” ungkapnya.
Sebagian besar motor yang datang ke bengkelnya dalam kondisi rusak parah. Namun, Hamdan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki kendaraan-kendaraan tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.