International
Korea Utara Akan Gunakan Senjata Nuklir Jika Diserang oleh AS dan Korsel
Ia menegaskan negaranya akan menggunakan senjata nuklir "tanpa ragu" jika wilayahnya diserang oleh Amerika Serikat atau sekutunya, Korea Selatan.
Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM -- Ketegangan di Semenanjung Korea kembali memanas setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengeluarkan pernyataan keras.
Ia menegaskan negaranya akan menggunakan senjata nuklir "tanpa ragu" jika wilayahnya diserang oleh Amerika Serikat atau sekutunya, Korea Selatan.
Pernyataan ini muncul hanya beberapa hari setelah Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, memperingatkan bahwa rezim Korea Utara akan berakhir jika berani menggunakan senjata nuklir.
Berbicara pada hari Rabu di sebuah pangkalan pelatihan militer pasukan khusus di Pyongyang, Kim menegaskan bahwa Korea Utara tidak akan tinggal diam jika musuh mencoba melanggar kedaulatan negaranya.
"Jika musuh mencoba menggunakan kekuatan bersenjata yang melanggar kedaulatan DPRK, penuh dengan kepercayaan diri berlebihan dalam aliansi ROK-AS yang mengabaikan peringatan kami, DPRK akan menggunakan tanpa ragu semua kekuatan ofensif yang dimilikinya, termasuk senjata nuklir," ujar Kim, merujuk pada nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK), dalam pernyataan yang dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Dalam serangan verbalnya, Kim juga menyebut Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, sebagai "boneka" yang hanya membual tentang kekuatan militer Korea Selatan di depan pintu negara yang memiliki senjata nuklir.
"Itu adalah ironi besar yang membuatnya tampak seperti orang yang tidak normal," tambah Kim, meremehkan ancaman balasan Yoon sebagai sesuatu yang tidak berarti di hadapan kekuatan nuklir Korea Utara.
Ejekan dari Kim Yo Jong
Tak kalah vokal, saudara perempuan Kim Jong Un yang berpengaruh, Kim Yo Jong, turut menambahkan panasnya situasi dengan mengejek rudal terbaru Korea Selatan, Hyunmoo-5, yang dipamerkan dalam parade militer di Seoul pada Selasa.
Ia menyebut rudal tersebut "tidak berharga" dan mengatakan bahwa pameran kekuatan militer itu hanya menegaskan inferioritas negara-negara non-nuklir.
"Jika seseorang memiliki akal sehat, ia tidak akan berbicara tentang 'akhir rezim' seseorang dengan senjata besar yang tidak berharga," kata Kim Yo Jong dalam pernyataan yang disampaikan oleh KCNA pada hari Kamis.
Kim Yo Jong juga menyebut pameran rudal tersebut sebagai "tindakan bodoh" di depan negara yang memiliki senjata nuklir.
Menurutnya, tindakan itu sekali lagi membuktikan bahwa Korea Selatan "tidak akan pernah bisa melewati tembok inferioritas kekuatan" dan akan selalu berada di bawah bayang-bayang negara nuklir.
Rudal Hyunmoo-5 yang diejek oleh Kim Yo Jong sebenarnya merupakan senjata kunci dalam rencana Korea Selatan untuk hukuman besar-besaran dan balas dendam jika terjadi serangan nuklir dari Korea Utara.
Rudal ini, yang dijuluki "rudal monster," memiliki kapasitas destruktif yang diklaim setara dengan senjata nuklir.
Dengan hulu ledak seberat hingga 9 ton, Hyunmoo-5 dirancang untuk menghantam pusat komando yang terkubur dalam dan menjadi senjata andalan dalam menghancurkan kepemimpinan militer Korea Utara.
Ancaman dari Korea Selatan
Dalam perayaan ulang tahun ke-76 berdirinya angkatan bersenjata Korea Selatan pada hari Selasa, Presiden Yoon Suk Yeol memperingatkan Korea Utara bahwa setiap upaya penggunaan senjata nuklir akan berujung pada respons militer yang "tegas dan luar biasa" dari Korea Selatan serta aliansinya dengan Amerika Serikat.
"Hari itu akan menjadi akhir dari rezim Korea Utara," tegas Yoon.
Menurut laporan, militer Korea Selatan siap menggunakan puluhan rudal Hyunmoo-5 untuk menghancurkan bunker bawah tanah milik komando militer Korea Utara dan menghancurkan Pyongyang jika situasi darurat terjadi.
"Militer kami akan segera membalas provokasi Korea Utara berdasarkan kemampuan tempur yang kuat dan kesiapan yang solid," kata Yoon, menegaskan kembali tekad negerinya untuk tidak tinggal diam jika ancaman nyata dari utara muncul.
Konflik retorika antara kedua Korea ini menandai babak baru dalam ketegangan yang sudah lama terjadi di Semenanjung Korea, dengan kedua belah pihak bersiap untuk kemungkinan terburuk.
Kim Jong Un dan Kim Yo Jong tampaknya terus memperkuat citra kekuatan militer Korea Utara, sementara Korea Selatan, didukung oleh Amerika Serikat, tetap waspada dan siap untuk memberikan respons keras terhadap setiap provokasi. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/Pemimpin-Korea-Utara-Kim-Jong-Un-mengunjungi-pangkalan-pelatihan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.