Berita Internasional
Muak 'Dipojokan' Google, Trump Tebar Ancaman jika Terpilih Presiden Amerika
Politisi Demokrat yang juga mantan Presiden AS itu menuduh Google hanya menampilkan "berita buruk" tentang dirinya di internet.
Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM -- Calon Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengancam perusahaan Google, bahkan berjanji akan menyeret ke hukum jika terpilih presiden.
Politisi Demokrat yang juga mantan Presiden AS itu menuduh Google hanya menampilkan "berita buruk" tentang dirinya di internet.
Ia pun berjanji akan menuntut raksasa teknologi tersebut jika ia kembali terpilih sebagai presiden.
Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump menyatakan bahwa mesin pencari Google hanya memunculkan artikel positif tentang saingannya dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris.
Meski begitu, Trump tidak memberikan bukti yang mendukung tuduhannya ini.
"Ini adalah AKTIVITAS ILEGAL, dan semoga Departemen Kehakiman akan menuntut mereka secara kriminal atas campur tangan terang-terangan dalam pemilu ini," tulisnya dalam unggahan tersebut.
"Jika tidak, sesuai dengan hukum negara kita, saya akan meminta penuntutan mereka, dengan hukuman maksimal, ketika saya memenangkan pemilu," tambah Trump.
Hingga berita ini ditulis, Google belum memberikan tanggapan terkait tuduhan tersebut.
Perusahaan teknologi itu tidak mengungkapkan detail cara kerja perangkat lunak yang menggerakkan mesin pencarinya.
Namun, beberapa faktor yang diketahui memengaruhi hasil pencarian berita termasuk relevansi waktu dan popularitas topik.
Tuduhan Trump ini muncul di tengah berbagai kasus hukum yang menjeratnya, baik secara pidana maupun perdata.
Ia menghadapi sejumlah tuduhan, mulai dari pelecehan seksual, pembayaran uang tutup mulut kepada bintang porno, hingga dugaan campur tangan dalam pemilu 2020 dan upaya menggagalkan transisi kekuasaan setelah Joe Biden mengalahkannya.
Dengan Trump yang sedang terlibat dalam berbagai masalah hukum, tuduhan terhadap Google ini menambah daftar panjang kontroversi yang menyelimuti kampanye politiknya.
Ancamannya untuk menuntut Google menambah dinamika baru dalam hubungannya dengan perusahaan teknologi besar, yang sebelumnya juga telah menjadi target kritiknya.
Sementara itu, tuduhan mengenai upaya campur tangan dalam pemilu terus menjadi isu sensitif di Amerika Serikat, terutama menjelang pemilu 2024.
Tuduhan Trump bahwa Google secara aktif menampilkan berita yang memojokkannya bisa menimbulkan ketegangan lebih lanjut dalam dunia politik dan teknologi di AS.(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.