Info Tekno

Mode Suara Lanjutan ChatGPT Akhirnya Dirilis, Namun Tidak di UE

Dengan kemampuan canggih Mode Suara Lanjutan yang bisa mengenali emosi pengguna, UE kemungkinan besar membatasi penyebarannya untuk mematuhi undang-un

Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
Getty
Chat GPT rilis fitur "ajaib". 

TRIBUNGORONTALO.COM -- OpenAI akhirnya merilis fitur Mode Suara Lanjutan untuk chatbot bertenaga AI, ChatGPT, yang menjadi salah satu fitur paling ditunggu oleh pengguna tahun ini.

Fitur ini pertama kali diperkenalkan pada acara Spring oleh OpenAI, di mana mereka mengungkapkan model GPT-4 yang "ajaib" dengan kemampuan luar biasa dalam penalaran berbasis audio, visual, dan teks.

Awalnya, OpenAI berencana meluncurkan fitur ini pada bulan Juni. Namun, karena beberapa masalah keamanan, termasuk meningkatkan deteksi dan penolakan konten berbahaya, peluncuran fitur tersebut ditunda hingga Juli.

Sayangnya, rencana peluncuran di bulan Juli kembali gagal terealisasi.

Baru awal pekan ini, fitur Mode Suara Lanjutan akhirnya tersedia bagi pengguna ChatGPT Plus dan Teams.

 CEO OpenAI, Sam Altman, memastikan bahwa fase peluncuran telah selesai.

Pengguna yang mendapatkan akses akan menerima pemberitahuan pop-up yang menandakan bahwa fitur ini siap digunakan.

Fitur ini menawarkan lima suara baru, instruksi yang lebih detail, serta kecepatan dan kelancaran percakapan yang ditingkatkan, termasuk aksen untuk beberapa bahasa asing.

Namun, pengguna di Uni Eropa (UE), Inggris, Swiss, Islandia, Norwegia, dan Liechtenstein belum dapat menikmati fitur ini. Untuk mengakses Mode Suara Lanjutan, pengguna memerlukan langganan bulanan sebesar $20.

Alasan Mode Suara Lanjutan Belum Tersedia di UE

OpenAI belum memberikan alasan resmi mengapa Mode Suara Lanjutan tidak tersedia di UE, meskipun pengguna di kawasan ini berlangganan ChatGPT Plus.

Namun, pengguna X, Dean W Ball, menunjukkan bahwa pembatasan ketat dari Undang-Undang AI UE bisa menjadi penyebabnya.

 Klausul khusus dalam regulasi tersebut membatasi penggunaan sistem AI yang dapat mendeteksi emosi manusia, dan fitur ini diduga melanggar aturan tersebut.

Dengan kemampuan canggih Mode Suara Lanjutan yang bisa mengenali emosi pengguna, UE kemungkinan besar membatasi penyebarannya untuk mematuhi undang-undang tersebut.

Meski belum jelas apakah fitur ini akan tersedia di UE di masa mendatang, peraturan ketat ini tampaknya akan membatasi pengembangan AI canggih di wilayah tersebut.

Di sisi lain, regulasi AI di Eropa juga berhasil melindungi pengguna dari platform seperti LinkedIn, yang diam-diam menggunakan data untuk melatih model AI mereka.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved