Sains Populer
Lautan Dunia Makin Asam, Karang dan Kerang serta Fitoplankton Terancam
Laporan yang dirilis pada hari Senin oleh Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) ini memaparkan sembilan faktor penting yang berperan dal
Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM -- Sebuah laporan terbaru mengungkapkan bahwa lautan dunia mendekati titik kritis di mana keasamannya terlalu tinggi untuk menopang kehidupan laut atau membantu menstabilkan iklim.
Laporan yang dirilis pada hari Senin oleh Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) ini memaparkan sembilan faktor penting yang berperan dalam menjaga kemampuan planet untuk menopang kehidupan.
Dalam enam dari sembilan faktor tersebut, batas aman sudah terlampaui dalam beberapa tahun terakhir akibat aktivitas manusia, sebagaimana dikutip dari sciencealert.com, Rabu (25/9/2024).
Laporan ini menyebutkan bahwa ambang batas untuk pengasaman laut, yang sangat penting, kemungkinan akan menjadi batas ketujuh yang dilanggar.
Batas-batas aman yang telah dilampaui mencakup faktor-faktor penting seperti perubahan iklim, hilangnya spesies alami, habitat, dan air tawar, serta meningkatnya polusi seperti plastik dan pupuk kimia yang digunakan dalam pertanian.
Pengasaman laut, yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) dari pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara, dan gas, kini berada di ambang batas berbahaya.
Menurut Boris Sakschewski, salah satu penulis utama laporan tersebut, semakin banyak CO2 yang terlarut dalam air laut, membuat lautan semakin asam.
"Meski dengan pengurangan emisi yang cepat, beberapa tingkat pengasaman mungkin tidak dapat dihindari karena CO2 yang sudah terlepas serta waktu yang dibutuhkan sistem laut untuk merespons," kata Sakschewski.
Dampak Pengasaman Laut
Air yang semakin asam merusak terumbu karang, kerang, dan fitoplankton yang menjadi sumber makanan bagi banyak spesies laut.
Hal ini juga berdampak pada pasokan makanan bagi miliaran orang serta mengurangi kemampuan laut untuk menyerap lebih banyak CO2 dan membatasi pemanasan global.
Dari sembilan batasan planet yang ditetapkan oleh PIK, hanya satu yang belum mendekati titik kritis, yaitu lapisan ozon.
Meskipun lapisan pelindung ini sempat rusak akibat bahan kimia buatan manusia, kondisinya mulai pulih sejak sejumlah zat kimia tersebut dilarang pada tahun 1987.
Ambang batas lainnya, yaitu konsentrasi partikel halus di atmosfer yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan paru-paru, juga mendekati tingkat berbahaya.
Namun, para peneliti mencatat adanya sedikit penurunan risiko berkat upaya beberapa negara dalam meningkatkan kualitas udara, seperti melarang penggunaan mobil berbahan bakar bensin dan diesel yang paling berpolusi.
PIK memperingatkan bahwa pelanggaran salah satu batasan penting ini dapat mengacaukan seluruh sistem kehidupan di Bumi.
“Titik kritis ini, jika terlampaui, akan mengarah pada dampak yang tak bisa dipulihkan dan sangat merusak bagi miliaran orang serta generasi masa depan di Bumi,” ujar laporan tersebut.
Namun, laporan ini juga menegaskan adanya peluang untuk menyelamatkan Bumi. Mengatasi satu masalah, seperti mencegah kenaikan suhu rata-rata Bumi melebihi 1,5 derajat Celsius dari tingkat pra-industri, dapat memberikan manfaat signifikan di berbagai bidang lainnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.