Kabar Pohuwato

Jembatan Asa Pohuwato Terancam Abrasi, Warga Was-Was

"Kami merasa khawatir dan takut saat melewati jembatan ini. Kondisinya semakin memprihatinkan karena abrasi yang semakin memperbesar luas air sungai d

Penulis: Rahman Halid | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
Jembatan Desa Buntulia, Pohuwato, Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Pohuwato -- Jembatan Asa, yang menjadi salah satu akses utama bagi warga di Desa Taluduyunu, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, kini terancam ambruk akibat abrasi yang semakin parah.

Luas air sungai di bawah jembatan telah melebar, membuat fondasi jembatan rentan terhadap kerusakan.

Warga setempat, Sumitro, mengungkapkan kekhawatirannya saat melintasi jembatan tersebut.

"Kami merasa khawatir dan takut saat melewati jembatan ini. Kondisinya semakin memprihatinkan karena abrasi yang semakin memperbesar luas air sungai di bawahnya," ungkap Sumitro kepada TribunGorontalo.com, Senin (6/5/2024).

Warga bahkan terpaksa memutar balik arah saat melihat jembatan bergoyang, terutama di musim hujan.

Baca juga: Fakultas FUD IAIN Gorontalo Mendunia, Bahas Pengembangan Dakwah dengan Berbagai Negara

"Sebelum melewati kami sering melihat jembatan bergoyang atau tidak, kalau tidak bergoyang kita melewatinya, kalau tidak, kami langsung balik arah," tandasnya.

Staf Camat Buntulia, Jufi, membenarkan kondisi abrasi yang terjadi di sekitar jembatan.

"Memang ada abrasi, apalagi di musim hujan sering terkikis, kalaupun dibiarkan terus-menerus akan berakibat fatal," ungkap Jufi.

Pihaknya berharap pemerintah setempat segera melakukan evaluasi mendalam terhadap kondisi jembatan dan sungai di sekitarnya, serta menyusun rencana tindakan untuk mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.

"Semoga ini bisa cepat menjadi perhatian pemerintah, masalahnya berkaitan dengan keselamatan warga saya," tutup Jufi.

Abrasi Sungai Taluduyunu Telan Lahan Warga, Ekonomi Terancam

Abrasi Sungai Taluduyunu di Desa Taluduyunu, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, bukan hanya mengancam infrastruktur, tetapi juga menelan lahan pertanian dan membahayakan ekonomi warga.

Saipul Pakaya (57), salah satu warga terdampak, mengungkapkan keprihatinannya karena luas lahannya yang dulunya mencapai 450 meter kini hanya tersisa 150 meter akibat abrasi.

"Lahan pertanian adalah sumber penghasilan utama bagi kami. Ini sangat mengkhawatirkan," ungkap Saipul dengan nada prihatin.

Baca juga: KPU Pastikan Pendaftaran Calon Bupati Pohuwato Dibuka Agustus 2024

Keluhan serupa datang dari Jefri Botutihe (43), petani jagung yang merasakan dampak abrasi terhadap aktivitas pertaniannya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved