30 Napi Lapas Kelas II A Gorontalo Ternyata Buta Baca Tulis

Program tersebut bertujuan memberikan kesempatan kepada tahanan dan napi untuk memperoleh keterampilan membaca dan menulis.

Penulis: Husnul Puhi | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
Seorang napi belajar baca dan tulis di Lapas Kelas II A Gorontalo, Selasa (23/4/2024). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Sedikitnya 30 narapidana (napi) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) II A Gorontalo buta baca tulis. 

Gara-gara itu, Lapas Gorontalo lantas membuat program pemberantasan buta aksara untuk para napi. 

Program tersebut bertujuan memberikan kesempatan kepada tahanan dan napi untuk memperoleh keterampilan membaca dan menulis.

Kata Kasi Lapas Kelas II A Gorontalo, Kasdin Lato, bahwa program tersebut membantu mempersiapkan napi untuk kembali ke masyarakat dengan bekal keterampilan yang berguna. 

Baca juga: Mahasiswa UNG Ciptakan Tongkat Pintar Penolong Tunanetra

"Ini merupakan program peningkatan kualitas intelektual," ungkap Kasdin, Selasa (23/4/2024). 

Kasdin mengakui, 30 napi dan tahanan yang sementara belajar membaca serta menulis itu saat diterima memang dalam keadaan buta aksara.

23/4/2024_Kasdin Lato.
Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik Lapas Kelas II A Gorontalo, Kasdin Lato.

Dengan begitu, pihaknya perlu mengajarkan cara membaca dan menulis kepada napi yang memiliki buta aksara tersebut.

Dalam pelaksanaannya, program tersebut melibatkan fasilitator terlatih dalam mengajar orang dewasa yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis. 

Materi yang disampaikan pun disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta. Mulai dari pengenalan huruf, membentuk kata, hingga membaca kalimat sederhana.

"Untuk tenaga pengajarnya kami rekrut dari sesama warga binaan yang mumpuni, dan juga dari petugas lapas," ujar Kasdin.

Kasdin juga menjelaskan terkait jadwal pembelajaran dari program tersebut. Bahwa pembelajaran itu dilaksanakan tiap hari Senin - Kamis.

Baca juga: Rayakan Hari Kartini dengan Gaya Modern dengan Promo Spesial BRI

Pihak lapas tak memaksakan para napi untuk mengikuti program tersebut. Tergantung, keinginan masing-masing peserta.

Hal itu disebabkan umur dari napi yang mengikuti program tersebut. Mulai dari umur 20 - 60 tahun.

"Waktu pembelajaran dari program ini hanya satu jam saja," jelasnya.

Kemudian untuk pembelajarannya, dibagi jadi dua kelas. Kelas pertama, diisi oleh napi yang tak mengerti sama sekali huruf.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved