Cerita Rakyat Gorontalo

Tak Cuma di Gorontalo, Tapak Kaki Lahilote Gorontalo juga Ada di Bolsel Sulut

Desa Botuliyodu adalah satu di antara tujuh desa yang berada di Kecamatan Tomini, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 

|
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com/HerjiantoTangahu
Suasana pantai Botuliyodu, dipercaya ada jejak tapak Lahilote yang sebelahnya ada di Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Masyarakat Desa Botuliyodu, Kecamatan Tomini, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki versi cerita mengenai tokoh Lahilote.

Desa Botuliyodu adalah satu di antara tujuh desa yang berada di Kecamatan Tomini, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 

Berada di pesisir selatan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), desa kecil ini tercatat memiliki 156 kepala keluarga (KK) dengan 450 jiwa.

Lokasinya hanya berjarak sekitar 40 kilometer dari perbatasan Gorontalo dan Sulut. 

Baca juga: 3 Hari Setelah Lebaran Idulfitri, Harga Cabai di Gorontalo Nyaris Tembus Rp 100 Ribu

Di desa ini, ada dua spot ikonik, yakni Air Terjun Botuliyodu dan batu jejak kaki Lahilote

Seperti yang diketahui, Lahilote ada tokoh dalam cerita rakyat Gorontalo, yang meninggalkan jejak eksistensinya dalam bentuk jejak telapak kaki. 

Sementara itu, nama desa 'Botuliyodu' diambil dari pengertian etimologi 'Botu' yang berarti batu, dan 'Liyodu' yang berarti jejak/langkah. 

Menurut penjelasan seorang tokoh masyarakat Ais Abdjul, lokasi jejak kaki Lahilote, berada beberapa puluh meter dari bibir pantai Desa Botuliyodu

Batu besar itu terukir jejak kaki kanan yang diyakini adalah jejak kakinya Lahilote

Panjang jejak kaki itu diperkirakan sekitar satu meter. 

Ketika pasang surut, batu itu dapat dilihat dengan jelas dari bibir pantai. 

Baca juga: AC Milan Siapkan Balasan di Leg Kedua Setelah Ditumbangkan As Roma di Kandang Sendiri

Namun saat ini kata Ais, ukiran jejak kaki itu sudah ditutupi kerang, sehingga sulit untuk diidentifikasi. 

"Batunya juga sudah miring ke bawah, karena dulu menurut cerita, sempat terjadi gempa tujuh hari tujuh malam, hingga batu tersebut miring ke arah selatan," terangnnya, Jumat (12/4/2024).

Ais menyebut bahwa menurut cerita rakyat, Lahilote turun dari langit dengan menghadap ke arah utara. 

"Sehingga kaki kanannya ada disini, dan kaki kirinya ada di Kelurahan Pohe, Kota Gorontalo," jelas Ais. 

Batu itu ditemukan pertama tahun 1948 kali oleh Basiru, pemukiman pertama asal Gorontalo yang mendiami area tersebut.

"Ia (Basiru) buka yang di bagian timur, sebelah sungai," kata Ais. 

Baru kemudian di tahun 1962, Basiru mengajak dua orang keluarganya untuk tinggal di daerah tersebut. 

Keduanya yakni, Pijun Kamumu dan anaknya, Ti Batata. 

Keduanya diberi jatah area bagian timur untuk ditinggali, area itu sebelumnya telah dibuka oleh Basiru. 

Namun Basiru meminta keduanya dibantunya membuka area bagian barat. 

Setelah selesai, ia kemudian mengajak lagi saudaranya dari Suwawa, Gorontalo 

"Namanya Te Bauliyana, dia yang kemudian mendapat jatah di bagian tengah, di sekitar sungai," terangnnya. 

Berjalannya waktu, para pemukim mulai bertambah hingga saat ini telah berjumlah 450 jiwa. 

Masyarakat setempat saat ini tetap menjaga eksistensi dari batu tersebut. 

Bahkan pada beberapa kegiatan, masyarakat selalu membuat ritual khusus untuk menghargai para penghuni di sekitarnya. 

"Kami tidak sampai menyembah, tapi saling menghargai saja," imbuhnya. 

Bahkan kata Ais, sempat terjadi kesurupan masal dalam sebuah kegiatan. 

Ais menyebut, diduga pelaksana kegiatan tak sempat meminta izin kepada mereka para penghuni tempat itu. 

Terakhir kata Ais, nama Botuliyodu selain sebagai jejak kaki Lahilote, ada makna filosofis lain bagi masyarakat setempat. 

"Botuliyodu atau jejak kaki, artinya setiap yang tinggal di sini harus sukses, harus bisa meninggalkan jejak kebaikan," tutupnya (*) 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved