Tumbilotohe Gorontalo
1.000 Liter Minyak Tanah Disiapkan untuk Tradisi Tumbilotohe Gorontalo di Pohuwato
Tahun ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindagkop) Pohuwato menyiapkan 1000 liter minyak tanah dan 1000 lampu botol bekas untuk memeriahkan
Penulis: Rahman Halid | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Tradisi Tumbilotohe, tradisi memasang lampu hias menjelang Hari Raya Idul Fitri, akan kembali semarak di Kabupaten Pohuwato.
Tahun ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindagkop) Pohuwato menyiapkan 1000 liter minyak tanah dan 1000 lampu botol bekas untuk memeriahkan tradisi ini.
Kepala Dinas Perindagkop Pohuwato, Ibrahim Kiraman, mengatakan bahwa Tumbilotohe merupakan tradisi dan budaya Gorontalo yang tak bisa dihilangkan.
"Kami siapkan 1.000 liter minyak tanah dan 1.000 lampu botol bekas untuk memeriahkan Tumbilotohe tahun ini," ujar Ibrahim saat ditemui TribunGorontalo.com, Kamis (28/3/2024).
Baca juga: Tradisi Tumbilotohe Mulai Semarak, Warga Kota Gorontalo Berbondong-bondong Pasang Lampu Hias
Beberapa tempat yang telah ditentukan menjadi spot Tumbilotohe di Kabupaten Pohuwato antara lain Lapangan Desa Paguat, Lapangan Hijau Marisa, dan Lapangan Buntulia.
Untuk memaksimalkan pagelaran Tumbilotohe, Dinas Perindagkop telah menjalin kerja sama dengan sejumlah kepala desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Pohuwato.
"Kami akan menitipkan sejumlah lampu botol Tumbilotohe di sejumlah Kantor Desa dan itu akan didistribusikan kepada setiap warga," jelas Ibrahim.
Ibrahim berharap, di perayaan Tumbilotohe kali ini, warga Pohuwato bisa sama-sama memeriahkan acara Tumbilotohe di Kabupaten Pohuwato, sembari menikmati senggol, jajanan khas Gorontalo.
Baca juga: Tanda Tradisi Tumbilotohe Gorontalo Semakin Dekat, Penjual Lampu Botol Bermunculan di Pasar Tilamuta
"Perayaan Tumbilotohe tersisa beberapa hari lagi, semoga ini kita bisa maksimalkan sebelum pelaksanaan," tutupnya.
Apa itu Tumbilotohe?
Tradisi Tumbilotohe di Gorontalo konon telah berlangsung sejak abad 15. Dahulu, masyarakat menggunakan wamuta (sejenis seludang), tohetutu (damar), dan padamala (wadah dari kima, kerang, atau pepaya) sebagai penerangan.
Seiring waktu, tradisi ini berkembang dengan penggunaan minyak tanah dan kini lampu listrik.
Tradisi ini bukan sekadar hiasan, tetapi memiliki makna religius dan sosial. Tumbilotohe mencerminkan rasa syukur atas datangnya bulan Ramadhan dan menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Cahaya yang terang benderang melambangkan kemenangan iman dan harapan baru.
Malam Tumbilotohe menjadi malam paling ramai di Gorontalo. Ribuan lampu hias dipasang di berbagai sudut kota, diiringi lantunan pantun dan atraksi budaya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.