Tumbilotohe
Tumbilotohe Mulai Beralih ke Lampu Tumblr, Budayawan Gorontalo: Etnis Semakin Maju
Tradisi ini merupakan sebuah peristiwa di mana masyarakat Gorontalo menyalakan lampu pada hari ke-27 Ramadan
Penulis: Fernandes Siallagan | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo –Tumbilotohe merupakan tradisi turun-temurun di Provinsi Gorontalo.
Tradisi ini merupakan sebuah peristiwa di mana masyarakat Gorontalo menyalakan lampu pada hari ke-27 ramadan.
Kata Tumbilotohe diambil dari dua suku kata dalam bahasa Gorontalo yakni Tumbilo berarti menyalakan, dan Tohe berarti lampu.
Abdul Wahab Thomas, Dosen Komunikasi Universitas Negeri Gorontalo (UNG), mengatakan dalam tumbilotohe bermakna religiusitas, nilai kemanusiaan, penghormatan, penghambaan, doa, dan pengharapan.
Juga menyalakan lampu terdapat pengucapan doa-doa oleh masyarakat.
Baca juga: Tumbilotohe dari Botol Kaca Mulai Tergerus Lampu Tumblr, Iin Sutomo: Itu Bukan Budaya Gorontalo
Tumbilotohe ini disebut merupakan jalur penghubung antara para pendahulu yang telah tiada dengan orang yang berada di masa kini.
Sehingga jika Tumbilotohe mulai menggunakan lampu tumblr bukanlah sebuah masalah.
"Kita tidak bisa mengerdilkan nilai, karena pergeseran ke lampu tumblr juga mengikuti kecerdasan etnis yang semakin maju," ungkapnya kepada TribunGorontalo.com, Kamis (28/3/2024).
Pendapat serupa dilontarkan Tony Iskandar Mondong. Sejarawan UNG itu mengatakan tumbilotohe dahulu menggunakan obor.
"Namun semakin ke sini pakai lampu dari minuman energi, sekarang sudah mulai geser ke lampu tumblr," kata Tony.
Terpenting, kata dia, perayaan Tumbilotohe di Gorontalo terus dilestarikan.
Sebab pada zaman dahulu, Tumbilotohe hanya terdapat beberapa lampu saja.
Satu tradisi lain yang melekat dengan nuansa Ramadan adalah alikusu, yakni sebuah tugu yang berada di depan bangunan.
Alikusu sendiri terbuat dari bambu kuning yang fungsinya tempat meletakkan lampu Tumbilotohe.
Biasanya alikusu hanya berada di kawasan-kawasan tertertentu seperti di rumah pejabat, masjid, dan tempat-tempat sakral lainnya.
Walaupun menurut Thomas, alikusu bisa ditempatkan di mana saja terutama di rumah warga.
Memang saat ini alikusu mulai jarang terlihat di Kota Gorontalo. Namun menurutnya tradisi ini masih berlangsung di desa-desa terutama plosok.
"Coba melihat lebih jauh seperti di Bongo, Paguyaman, Batudaa, Tilamuta, dan tempat-tempat lainnya," tutupnya.
(TribunGorontalo.com/Fernandes)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.