Human Interest Story
Cerita Idrus Djuraini, 18 Tahun jadi Penjaga Pondok di Wisata Botutunuo Gorontalo
Pemandangan indah menjadi daya tarik utama Wisata Botutonuo di Desa Botutonuo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango.
Penulis: Ahmad Rajiv Agung Panto | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Pemandangan indah menjadi daya tarik utama Wisata Botutonuo di Desa Botutonuo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango.
Namun, di balik keindahan alam tersebut, terdapat kisah inspiratif dari penjaga pondok, yang berjuang demi mencukupi kebutuhan keluarganya.
Idrus Djuraini setiap hari menjaga Pondok sederhana, tempat istirahat para pengunjung Wisata Botutonuo.
Pria kelahiran tahun 1965 itu sudah lebih 18 tahun jadi penjaga pondok.
Idrus mula-mula bekerja sebagaitukang bangunan sebelum akhirnya menjaga pondok di bagian selatan pantai Botutunuo.
“Saya ini asli (Desa) Tumbihe. Karena sudah nikah disini makanya sudah jadi orang sini," ujar Idrus kepada TribunGorontalo.com kepada TribunGorontalo.com, Senin (13/11/2023).
Saat bekerja serabutan itu, Idrus mendapat peluang pekerjaan di Wisata Botutonuo.
Pria akrab disapa Basi Kidu itu lantas mulai bekerja sejak 2005.
Saat itu pondok untuk bersantai di bagian wisata itu pun belum tersedia. Ia pun membuat tempat istirahat berbekal bahan seadanya.
Setelah berdiri, pondok itu disewakan untuk pengunjung pantai dengan biaya Rp 20 ribu sekali mampir.
“Dulu masih saya sendiri di sini ini. Belum ada yang lain dan masih sunyi. Karena masih rawa-rawa dulu, saya bersihkan sampai jadi tempat ini,” ungkapnya.
Baca juga: Cerita Nurhayati Pemulung Gorontalo yang Berhenti Jadi Pedagang Gara-gara Kecelakaan
Memiliki empat anak dan enam cucu memotivasi Idrus tetap betah pada pekerjaannya itu.
Sebagaimana usaha pada umumnya, cobaan pun sempat dirasakan Idrus.
Kala itu pondoknya dihantam gelombang pasang hingga rusak parah.
"Empat tahun lalu 2019 itu kejadian. Kemudian saya perbaiki," kenangnya.
Ia mengaku harus mengorbankan tabungannya untuk memperbaiki segala kerusakan itu. Berkat bantuan anaknya pondoknya bisa utuh semula.
“Hampir satu bulan saya buat semua ulang sendiri ini, dengan modal yang pas-pasan, saya bangun sendiri,” ucap Idrus.
Sekalipun pendapatannya fluktuatif (tak menentu), Idris mensyukurinya.
“Suka duka ini banyak. Kadang kala sunyi tidak terisi. Seminggu saja saya sudah syukur dapat 250 ribu,” jelasnya.
Pendapatannya meningkat manakala tiba malam pergantian tahun. Saat itu pengunjung datang silih berganti.
“Kalau suka itu ramenya pengunjung apalagi liburan malam tahun baru, liburan sekolah. Dan kalo dapat pun itu bagi ke anak anak,” tambahnya.
Di usia senja kini, Idrus hanya bisa berharap nasib anak-anaknya lebih baik daripada dirinya.
"Saya mau mereka tetap dekat, biarlah dorang punya kerja, saya tetap bagi hasilnya sedikit,” pungkasnya.
(TribunGorontalo.com/Agung)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.