Human Interest Story
Cerita Ipon Hia, Pemulung Gorontalo yang Berimpian Buka Usaha Sendiri
Ipon Hia (49), seorang Ibu Rumah Tangga yang kini memulung sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Talumelito, Kabupaten Gorontalo.
Penulis: Rafiqatul Hinelo | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Ipon Hia (49), seorang Ibu Rumah Tangga yang kini memulung sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Talumelito, Kabupaten Gorontalo.
Ipon dahulu pernah berdagang nasi kuning. Namun, karena tidak lagi memiliki modal yang cukup, akhirnya kini Ipon memulung sampah di TPA Talumelito.
Seperti para pemulung lainnya, Ipon mengumpulkan sampah untuk ia jual kepada pengepul sampah.
Ipon mengatakan harga jual sampah di setiap pengepul, dipatok berbeda.
Ada yang mematok Rp 1500 per kilogram, ada juga yang menghitung per karung Rp 40 ribu.
Bekerja mengais sampah, memberikan risiko yang tidak sederhana bagi banyak pemulung. Terutama dalam aspek kesehatan.
Namun, ketika ditanyai TribunGorontalo.com pada Rabu (11/10/2023), Ipon mengatakan ia hampir tidak pernah sakit selama bekerja memulung sampah di TPA Talumelito ini.
“Kami di sini memang berkutat dengan tumpukan sampah. Tapi saya sendiri, Syukur sangat jarang sakit. Sepertinya tubuh kami sudah kebal dengan kuman yang ada di sampah,” ujar Ipon.
Ipon menambahkan bahwa biasanya yang akan mengalami sakit adalah mereka yang baru pertama kali berkunjung di TPA Talumelito ini.
Baik itu pemulung maupun pengunjung biasa yang bukan pemulung.
Ipon tinggal tidak jauh dari lokasi TPA Talumelito. Alamat rumahnya di Kelurahan Bulota, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Ia memulung sampah di TPA Talumelito bersama suaminya.
Mereka berangkat setiap hari pukul 6 pagi, untuk kemudian mengumpulkan sampah hingga jam 5 sore.
Kata Ipon, saat ini memulung sampah adalah satu mata pencaharian yang paling memungkinkan untuk dilakukannya.
Sebab, mereka tidak punya lahan untuk berkebun. Punya keinginan berdagang, tapi modal belum mencukupi, seperti dagangan nasi kuningnya kemarin yang terpaksa kandas.
Ipon sudah memulung sampah di TPA Talumelito sejak tahun 2013.
Saat itu, sel sampah di TPA Talumelito baru berjumlah 2 sel.
Ipon mengungkapkan di masa awal perjuangannya menjadi pemulung sampah di TPA Talumelito ini, ia dan kawan-kawan pemulungnya pernah menemukan bayi di sel sampah 2 TPA Talumelito.
“Pernah kami temukan bayi di sel 2,” katanya.
Baca juga: Cerita Emi, Rela Tempuh 18 KM untuk Mengais Sampah di TPA Talumelito demi Hidupi Keluarga
Untuk saat ini, di sel 6 belum pernah ditemukan kasus serupa.
“Kalau di sel 6 ini, sampah yang paling mengganggu hanya seperti sampah popok bayi,” tambah Ibu rumah tangga yang memiliki empat anak itu.
Ipon juga mengungkapkan ia kerap memulung sampah medis. Sebab, Ipon justru banyak mendapat sampah plastik yang bisa dijual dari pasokan sampah Rumah Sakit.
Selain membagikan cerita tentang hal-hal teknis selama ia bekerja di TPA Talumelito, Ipon juga bercerita tentang hubungan sosial antar pemulung di dalamnya.
Kata dia, sesama pemulung, mereka sering saling bersikap dingin. Sebab, mereka berkompetisi untuk memungut sampah yang potensial untuk dijual.
Namun, itu tidak berlangsung lama. Saat istirahat siang, suasana biasanya akan cair kembali. Mengingat mereka adalah pemulung yang senasib seperjuangan.
“Suasana dingin antar pemulung itu biasa, karena kami berlomba mengumpulkan sampah, siapa cepat dia dapat. Tapi tidak lama setelah itu akan saling sapa lagi,” tandas Ipon.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.