Ramadhan Gorontalo

Mohibadaa di Bulan Ramadhan, Tradisi Kecantikan Remaja Putri Gorontalo

Tradisi ini bernama Mohibadaa. Sebetulnya tak ada keharusan dilakukan pada ramadhan saja, namun remaja Gorontalo merasa momen ini paling tepat.

|
TribunGorontalo.com/WawanAkuba
Momen Ramadhan jadi waktu yang tepat remaja Gorontalo menjalankan tradisi Mohibadaa. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Ada tradisi setiap ramadhan yang hanya dilakukan oleh remaja putri Gorontalo

Tradisi ini bernama Mohibadaa. Sebetulnya tak ada keharusan dilakukan pada ramadhan saja, namun remaja Gorontalo merasa momen ini paling tepat.

Seorang remaja putri bernama Erina Rahma saat diwawancarai TribunGorontalo.com mengungkapkan, ramadhan adalah waktu yang tepat menjalankan tradisi Gorontalo ini.  

Mohibadaa adalah tradisi menggunakan bedak. Mohibadaan diterjemahkan artinya “menggunakan bedak”. 

Bedanya dengan bedak modern, mohibadaa bisanya menggunakan ramuan tradisional. Dibalurkan ke seluruh tubuh. 

Baca juga: Malam Berkesan di Momen Ramadhan Gorontalo, Warga Menyebutnya Yimelu, Ini Artinya

Bahan-bahan bedaknya adalah rempah-rempah yang dicampur yang juga dipakaikan di wajah. 

Sejumlah bahan-bahan yang digunakan di antaranya tepung beras  yang dihaluskan, lalu kencur, bungale, alawahu (kunyit). 

Jika ingin mendapatkan hasil yang bagus, tepung beras haruslah berjenis ketan. 

Cara membuatnya sederhana. Tepung beras direndam berjam-jam. Ini agar beras mudah untuk dihaluskan. 

Kedua, beras yang sudah direndam kemudian ditumbuk bersama aneka rempah.

Diusahakan agar tercampur sempurna. Jika sudah tercampur, baru dipakaian ke seluruh tubuh. 

Baca juga: Dua Bulan Jelang Ramadhan Gorontalo, Harga Beras Tak Turun-turun

Selain bulan Ramadhan, tradisi mohibadaa juga menjadi ritual pada pernikahan adat Gorontalo. Karmin Baruadi dan Sunarty Eraku dalam buku Lenggota Lo Pohutu, Upacara Adat Perkawinan Gorontalo (2018) mengatakan bahwa calon pengantin perempuan, para ibu-ibu, dan gadis-gadis diperbolehkan melakukan mohibadaa.

“Bagi ibu-ibu dan gadis-gadis diperkenankan untuk mendandani seluruh badan dengan lulur (mohibada’a), kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan momuhuto (siraman),” tulisnya dikutip Senin (28/03/2022).

Dalam buku itu disampaikan bahwa tradisi mohibadaa pada acara pernikahan adat, dilakukan pada rangkaian mandi sauna atau molungudu.

Molungudu merupakan mandi atau pembersihan diri secara tradisional yang diperuntukkan bagi wanita menjelang acara pernikahannya. Kegiatan ini berlanjut dengan siraman atau momohuto.

Calon pengantin perempuan dapat didampingi oleh perempuan yang merupakan kerabat terdekat saja.

“Orang-orang yang hadir adalah wanita kerabat terdekat, sebab saat tersebut, diri sang putri (calon pengantin perempuan) dalam keadaan peka terhadap orang-orang luar,” tulisnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved