Ramadhan Gorontalo

Malam Berkesan di Momen Ramadhan Gorontalo, Warga Menyebutnya Yimelu, Ini Artinya

Kata Yimelu ini merupakan bahasa yang kerap disebut-sebut jelang malam pertama Ramadhan Gorontalo.

|
TribunGorontalo.com/WawanAkuba
Masjid Agung Limboto. Masjid ini kerap sesak kala Ramadhan Gorontalo. 

Tidaklah mengherankan, detik-detik menjelang Ramadan, terlihat hilir mudik warga membawa ayam.

“(Ayam-ayam itu) terikat, terbalik, digantung di motor, bentor maupun di punggung angkot. Saya baru saja berkunjung ke rumah tante, pulangnya memboyong empat ekor ayam. Tahun-tahun belakangan hanya dapat dua ekor, tahun ini benar-benar dapat kejutan. Mungkin disesuaikan dengan jumlah anak saya. Benar kata pepatah; banyak anak banyak rejeki,” cerita Momy sambil tertawa.

Lanjut Momy, tradisi berbagi ayam untuk persiapan yimelu menjadi ajang silaturahmi yang menyenangkan. 

Antar keluarga dan sanak famili, antar kelas-kelas sosial, antar orang kota dengan orang desa. 

Orang kota membawa paket sembako, orang kampung menyambut dengan sepasang ayam.

“Resiprositas dilakukan berulang, penuh harmoni, seperti berbalas pantun. Ada rasa tak enak hati bagi orang kampung untuk tidak memberi kepada keluarga dari jauh. Begitu sebaliknya. Ada perasaan penuh tanya ketika tiba-tiba sanak keluarga tidak datang berkunjung tahun ini. Ada rindu yang tak bertepi. Bukan karena sembako, tetapi nilai perjumpaan. Satu momen yang oleh orang kampung sudah dirawat selama 4-5 bulan yang lalu, hingga beberapa butir telur berangsur menjadi ayam remaja,” katanya.

Ayam sendiri menurutnya adalah ikon Ramadan. Keduanya menurut dia bagaikan dua sisi mata uang yang sulit terpisahkan. 

Tak mengherankan banyak keluarga yang “wajib” berkumpul pada Huwi lo yimelu untuk menyantap masakan serba ayam kampung yang dimasak oleh ibu atau nenek di rumah, yang bisa menggetarkan lidah.

“Ada iloni yang merupakan ayam bakar ditambah ‘dabu-dabu bara’ (sambal beraroma bara), pilitode (ayam santan), tilumiti (ayam tumis), tilinanga (ayam goreng) dan ilabulo. Itu hanya beberapa contoh racikan yang nikmatnya tiada tara. Kenikmatan  yang  sulit ditemukan di resto-resto berkelas,” curhat Momy dengan menyebutkan nama-nama masakan di Gorontalo.

Tidak berbeda dengan Momy, Nizam Hulopi, salah satu warga Pohuwato mengungkapkan bahwa nuansa awal Ramadan sangat terasa dengan melakukan tradisi yimelu.

“Jadi kalau yimelu itu, biasanya terasa sekali. Orang di rumah mulai bersih-bersih. Ibu ke pasar belanja banyak kebutuhan masak tidak seperti biasanya. Lalu, nenek saya juga siangnya sudah di rumah. Biasanya ia sahur di rumah bersama kami,” kata Nizam menceritakan pengalamannya.

Lalu, sebelum pelaksanaan salat Tarawih, ia dan pengurus masjid akan menggelar adat yang disebut “tonggeyamo”. 

Sebuah prosesi adat di Gorontalo untuk mendengarkan pengumuman bersama penentuan awal Ramadhan.

“Tonggeyamo dihadiri kepala daerah serta tokoh adat karena tradisi tersebut mengandung nilai kebersamaan dan kesepakatan bersama. Setelah mendengarkan pengumuman hasil sidang isbat, pemuka adat akan melakukan prosesi untuk melaporkannya kepada pemimpin daerah dan kemudian menyampaikannya kepada masyarakat,” tutupnya. (*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved