Proyek Gorontalo

Keluh Warga Karena Jalanan Kota Gorontalo yang Tak Dikerjakan: Kami Seperti Korban Gunung Meletus

Sialnya, hingga kini jalan tersebut masih dalam kondisi tersebut. Masalahnya, abu halus dari jalan tersebut, kini menyiksanya. 

TribunGorontalo.com/RismanTaharuddin
Kondisi Jalan Cendrawasih, Kota Gorontalo. Ditimbun pasir halus dan kerikil hingga akhir tahun. Belum ada tanda-tanda pengerjaan. Warga mengeluh karena abu yang tak bisa ditoleransi. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Lusi Thalib (51) warga Kelurahan Heledulaa Selatan, mengeluhkan kondisi Jalan Cendrawasih yang membentang di depan rumahnya. 

Sejak pertengahan tahun 2022, jalan tesebut dikupas dengan alat berat. Lalu ditimbun pasir beserta batu kerikil. 

Sialnya, hingga kini jalan tersebut masih dalam kondisi tersebut. Masalahnya, abu halus dari jalan tersebut, kini menyiksanya. 

Rumahnya menjadi tempat bersarangnya debu-debu yang terbang dari jalan tersebut. 

Ia yang saban hari berjualan itupun, harus berdamai dengan debu-debu yang kerap memenuhi dagangannya. Apalagi dalam rumah. 

"Piring hingga makanan yang saya sudah masak semuanya penuh debu dari proyek pengerjaan jalan, padahal pengerjaan ini sudah berapa bulan dan juga belum tuntas. " tuturnya, Sabtu (24/12/2022) lalu. 

Ia harus memiliki pekerjaan ekstra di rumah. Setiap harinya ia harus membersihkan dagangannya di dalam warung.

Bahkan, dagangan nasi kuning milik saudaranya, gulung tikar gara-gara debu yang kian tak bisa ditoleransi. 

Lusi pun tak mau menyerah. Agar dagangannya yang berada di dalam warung tetap laris, maka ia harus menutup sebagian pintu warung,  siapa lagi yang mau membeli kalau semua dipenuhi debu. 

Jelang tahun baru 2022 ini, ia berharap pengerjaan jalanan segera diselesaikan. Namun tentu tidak mungkin selesai tahun ini. 

"Akibat proyek ini kita seolah seperti korban gunung meletus, tidak hanya dinding, dan tumbuhan di depan rumah yang dipenuhi debu, makanan, perabot serta dapur semua kena debu." tegasnya. 

Dirinya mengungkapkan, sejauh ini selalu menyuarakan aspirasinya melalui musyawarah kelurahan, namun penanganan secara realitas bahkan tidak ada. 

"Setiap hari dan setiap saat jalanan berdebu ini hanya kami yang menyiramnya tidak pernah dari pihak pekerja datang menyiram jalanan ini. '' tuturnya.

Lanjut Ibu rumah tangga itu, lebih baik tidak ada pengerjaan jalanan atau renovasi kalaupun setelah Dibongkar hanya ditinggalkan seperti ini. 

Sebab dengan begitu warga sekitar harus menanggung penderitaan akibat banyak nya debu berterbangan. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved