SCR Masih Satu-satunya Teknologi yang Paling Diandalkan untuk Kurangi Emisi Polusi PLTU

Menurut Manajer Kampanye Energi dan Perkotaan Eksekutif Nasional Walhi, Dwi Sawung, dari beberapa teknologi untuk mengurangi polusi udara, SCR bisa di

TribunGorontalo.com/istimewa
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR), sejauh ini menjadi teknologi yang paling bisa diandalkan untuk mengurangi emisi dan polusi udara dari PLTU.

Menurut Manajer Kampanye Energi dan Perkotaan Eksekutif Nasional Walhi, Dwi Sawung, dari beberapa teknologi untuk mengurangi polusi udara, SCR bisa dikatakan menjadi yang terdepan.

"SCR salah satu yang terkini, sebenarnya banyak. Nah, dia itu (SCR) fungsinya untuk mengurangi nitrogen oksida (NOx)," ujar Dwi melalui keterangan tertulisnya, Minggu (13/11/2022).

Dengan SCR, NOx akan tereduksi. Misalnya dari angka 100 ke atas, bisa turun hingga 50 ke bawah. Dari angka-angka tersebut, dinilai SCR mampu menurunkan angka NOx yang terbilang besar.

Dwi  menegaskan, penerapan SCR pada PLTU saat ini memang sangat diperlukan. Alasannya, karena polusi udara di bumi sudah tinggi.

Di negara maju, seperti Jerman, Amerika Serikat, China, dan Jepang teknologi SCR sudah sekian lama diterapkan.

Sementara Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menuturkan, penerapan teknologi SCR ataupun Carbon Capture (CCUS), bagi banyak kalangan memang bukan dianggap sebagai green energy. Teknologi ini, lanjutnya, merupakan pengembangan dari teknologi dalam rangka mengurangi gas karbon.

“Tapi mengingat untuk pensiun dini pembangkit itu butuh biaya besar, maka pemanfaatan teknologi yang bisa mengurangi karbon, saya kira bagus. Apalagi 2060 kita menuju NZE yang mana energi fosil sebagai energi primer ini bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan dan diganti dengan EBT,” tuturnya.

Hanya saja, kekurangan dari teknologi ini menurutnya adalah investasinya yang besar. Namun, jika dibandingkan dengan early retirement atau pensiun dini terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), teknologi ini masih jauh lebih lebih murah. Mamit menyebutkan, teknologi SCR bisa diandalkan menuju green energy yang dicanangkan pemerintah.

Menggunakan Amonia Hijau

Di negara maju, seperti Jerman, Amerika Serikat, China, dan Jepang teknologi SCR sudah diterapkan.

Teknologi SCR di negara-negara maju juga digunakan untuk PLTU yang menggunakan batu bara disandingkan dengan amonia. Selective Catalytic Reduction adalah teknologi yang sudah terbukti untuk menurunkan nitrogen oksida dan nitrogen dioksida dengan mengkonversikan molekulnya menjadi air dan nitrogen bebas.

Dengan menggunakan Selective Catalytic Reduction pada pembangkit tenaga uap batu bara bersamaan dengan low Nox burner akan secara signifikan menurunkan kadar nitrogen oksida dan nitrogen dioksida dan oleh karena itu akan membuka kemungkinan co-firing jauh lebih banyak amonia hijau dibandingkan batu bara di dalam pembangkit tenaga uap batu bara.

Potensi peningkatan emisi NOx dari hasil pembakaran amonia dapat diminimalisasi melalui teknologi SCR itu, yang mampu mengurangi konsentrasi NOx dalam gas buang dari sekitar 1000 ppm menjadi kurang dari 10 ppm.

Buat Indonesia yang sedang mempromosikan transisi energi terbarukan, amonia biru dan hijau dapat menjadi salah satu bagian dari perjalanan menuju transisi energi terbarukan, sebagai sumber energi bersih alternatif bagi pembangkit tenaga uap batu bara.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved