Motogp

Mengenal Penyakit Armp Pump yang Menyerang Joan Mir di MotoGP Malaysia

Apalagi, setelah ia harus berjuang dengan masalah tersebut dalam balapan hari Minggu, (23/10) di Grand Prix PETRONAS MotoGP Malaysia.

TribunGorontalo.com
Joan Mir juara MotoGP 2020 akan hengkang ke Repsol Honda tahun 2023 nanti. 

TRIBUNGORONTALO.COM – Juara Dunia MotoGP 2020 mengalami cedera parah di GP Malaysia, membuatnya turun dari enam besar ke P19.

Joan Mir (Tim Suzuki Ecstar) mengaku akan mempertimbangkan operasi arm pump setelah musim MotoGP 2022 selesai.

Apalagi, setelah ia harus berjuang dengan masalah tersebut dalam balapan hari Minggu, (23/10) di Grand Prix PETRONAS MotoGP Malaysia.

Setelah pulih dari cedera pergelangan kaki yang membuatnya melewatkan empat balapan di MotoGP Australia, Mir berharap untuk mengakhiri musimnya dengan baik sebelum bergabung dengan Tim Repsol Honda untuk kampanye 2023.

Balapannya di Phillip Island terhambat oleh masalah tekanan ban, tetapi pembalap Spanyol itu bangkit kembali sepanjang akhir pekan di Sepang untuk menempatkan dirinya dalam posisi yang baik untuk meraih hasil yang solid sebelum akhir musim Valencia.

Baca juga: Bagnaia Harus Melakukan Apa yang Pernah Gagal Dilakukan Valentino Rossi pada MotoGP 2006 Silam

Baca juga: Kendaraan MotoGP Akan Dilengkapi Tombol Merah, Ini Fungsinya

Namun, arm pump menyerang, menyebabkan Mir kehilangan semua kekuatan di lengan kanannya. Hasil enam besar dengan cepat berubah menjadi hanya mencoba membawa pulang GSX-RR-nya. 

Akhirnya, Mir melewati garis di P19, 41 detik di belakang pemenang lomba Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo Team).

Secara medis, kondisi yang disebut arm pump ini dinamakan Chronic Exertional Compartment Syndrome.

Dikutip dari The-race.com, Selasa (25/10), menurut Mayo Clinic, armp pump merupakan kondisi otot dan saraf yang disebabkan oleh olahraga yang menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan kadang cacat pada otot lengan yang terdampak. 

Arm pump terjadi karena konsekuensi dari otot lengan yang membengkak karena aktivitas dan menjadi terlalu kencang. Otot terbungkus rapi dalam jaringan yang disebut fasia. 

Bagian ini tidak terlalu fleksibel. Ketika otot yang terlalu banyak berolahraga dipompa dengan darah, tapi tidak bisa mengalir dengan baik. 

Otot menjadi mengembang, tapi dihadapkan dengan penghalang yang kokoh. Jika diibaratkan, arm pump menjadi setara dengan perban yang dibungkus terlalu erat, sehingga, memutus aliran darah ke dan dari otot, serta membuat saraf kesemutan dan tidak merespons dengan benar. 

Maka itu, terjadi pembengkakan pada lengan dan membuatnya keras. Di saat yang bersamaan, tangan juga mengalami kesemutan dan mulai mati rasa, dikombinasikan dengan rasa sakit. 

Arm pump biasanya muncul di akhir balapan dan akan merusak konsentrasi pebalap ketika terjadi. 

“Yang membuat saya sedih adalah saya tidak melihatnya datang. Karena biasanya, kami berbicara dengan fisioterapis, bahwa saya selalu mengeluh sedikit tentang punggung atau leher, tetapi saya tidak pernah mengeluh tentang lengan. Saya ingin menemui dokter untuk menghindari hal ini terjadi pada saya lagi, karena saya tidak bisa membiarkan hal ini terjadi pada saya lagi. Itu tidak bisa menjadi alasan untuk menyelesaikan akhir pekan seperti ini.” kata Joan Mir.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved