Gorontalo Kota Panas

Gorontalo Jadi Kota Terpanas di Indonesia, Suhu Nyaris 35 Derajat Celcius

Sebetulnya, ada 20 kota yang dimasukan dalam daftar kota terpanas hingga paling dingin.

TribunGorontalo.com/Wawan Akuba
Landscape Kota Gorontalo dari ketinggian 74 Mdpl. Gorontalo jadi kota terpanas di Indonesia per 2022 oleh data BMKG. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Berdasarkan data BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), Gorontalo jadi kota terpanas di Indonesia. 

BMKG mencatat, Gorontalo jadi kota terpanas di Indonesia pada 12-13 Maret 2022. 

Sebetulnya, ada 20 kota yang dimasukan dalam daftar kota terpanas hingga paling dingin. Faktanya, data itu menunjukan Gorontalo jadi kota terpanas. 

“Tidak mengherankan lagi,” celetuk Rosyid Azhar, seorang aktivis lingkungan ketika ditanya TribunGorontalo.com perihal informasi ini, Sabtu (3/9/2022).

BMKG menyebut melakukan pemantauan sejak pukul 08.00 Wita pada 12 Maret hingga 08.00 Wita 13 Maret 2022.

Dalam sebuah jurnal Geografi, faktor yang menyebabkan wilayah perkotaan menjadi panas, karena pesatnya pembangunan. 

Jurnal itu menyebut, pembangunan yang masif, menyebabkan kualitas lingkungan menurun dan meningkatkan suhu udara. 

Permukiman perkotaan yang padat, menyebabkan suhu meningkat. Apalagi, jika ruang terbuka hijau (RTH) sebagai penghisap udara panas, luasannya terlalu kecil.

Janet Nichol, guru besar di Hong Kong Polytechnic University pernah memetakan distribusi suhu pada malam dan siang hari di seluruh wilayah Hong Kong hingga tahun 2039.

Ia melakukan pemetaan dengan memertimbangkan perubahan temperatur sebagai efek dari peningkatan emisi gas rumah kaca. 

Efek ini dikenal dengan nama “Urban Heat Island” (UHI).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terciptanya efek UHI ini yaitu bermunculannya gedung-gedung tinggi yang menahan radiasi panas terutama pada malam hari.

Lalu ada penggunaan material penyimpan panas seperti aspal dan semen, serta kurangnya vegetasi atau tanaman di wilayah perkotaan. 

Gorontalo dengan perkembangan pembangunan yang cukup pesat, serta masifnya penebangan pohon, cocok dengan ciri-ciri ini. 

Penelitian dari PolyU ini tidak hanya memperhitungkan dampak pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca, namun juga memperhitungkan dampak urbanisasi. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved