Budaya Gorontalo
Tradisi Tolobalango, Budaya Gorontalo dalam Meminang Perempuan
Kegiatan kunjungan ini akan mempertemukan juru bicara laki-laki yang disebut Luntu Dulungo Layio, dan juru bicara perempuan disebut Luntu Dulungo Wula
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Prosesi meminang perempuan untuk dinikahi, dalam budaya Gorontalo dikenal dengan Tolobalango.
Jika diartikan, budaya Gorontalo Tolobalango terbentuk dari dua kata, Tolo yang artinya saling, dan balango artinya menyeberang.
Jika dipahami lebih jauh, budaya Gorontalo yang kini tidak bisa lepas dari prosesi pernikahan Gorontalo ini, artinya adalah kegiatan saling mengunjungi oleh pihak lelaki kepada pihak perempuan.
Kegiatan kunjungan ini akan mempertemukan juru bicara laki-laki yang disebut Luntu Dulungo Layio, dan juru bicara perempuan disebut Luntu Dulungo Wulato.
“Penyampaian maksud diungkapkan dengan puisi lisan berbentuk sajak-sajak perumpamaan. Pada peminangan tidak disebutkan biaya pernikahan (Tonelo) oleh pihak utusan keluarga calon pengantin Putra, namun yang terpenting diungkapkan adalah Mahar (Maharu) dan garis-garis besar acara yang akan dilaksanakan, termasuk waktu pelaksanaan tahapan selanjutnya.” sebagaimana ditulis dalam situs Kemendikbud.
Tolobalango sendiri tidak cuma sebagai budaya Gorontalo, namun kini sudah dimasukan dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada 2018 silam.
Medi Botutihe menyebut dalam bukunya, sebelum bertolak ke rumah keluarga perempuan, peserta yang dapat mendampingi Luntu Dulungo Lyi'o tersebut terdiri dari keluarga pihak laki-laki dalam hal ini keluarga dari kaum bapak dan kaum Ibu.
Sementara di kediaman seorang perempuan, peserta yang menunggu kehadiran keluarga laki-laki, dan yang wajib duduk bersama Luntu Dulungo Walato ialah mereka pihak keluarga perempuan.
Medi, mantan Wali Kota Gorontalo menyebut pula, Tolobalango sebagai keharusan bagi masyarakat Gorontalo untuk mengikuti tahapan-tahapan kegiatan tata cara adat perkawinan yang berlaku.
Adat ini dikenal sebagai sebuah pelaksanaan yang suci lagi sakral. Sebagai Hakekat nya, adat ini merupakan acara peresmian hasil pembicaraan dari ketiga tahapan adat terdahulu.
“Tolobalango dilangsungkan di lingkungan keluarga kedua belah pihak dan belum ada keterlibatan unsur pemerintahan dan pegawai syarak, juga belum ada bunyi-bunyian yang dipergunakan.” tulisnya.
Tolobalango sifatnya masih saling merestui antar keluarga kedua belah pihak. Belum ada tawar menawar antara ongkos dan teknik pelaksanaan perkawinan.
Pelaksanaan acara adat Motolobalango di Gorontalo selamanya diadakan sore hari mulai pukul 15.00 WITA sampai dengan selesai.
Pada pelaksanaan itu, rombongan turun dari rumah keluarga laki-laki dipimpin langsung oleh Luntu Dulunya Layi'o menuju rumah pihak perempuan, dalam perjalanan itu mereka membawa benda-benda budaya.
Lebih lanjut tulis almarhum Medi Botutihe, setibanya di rumah perempuan, para rombongan itu diterima oleh pihak keluarga perempuan.