Budaya Gorontalo
Molapi Saronde Sebagai Budaya Gorontalo Pertama yang Masuk WBTB Indonesia
Sejak budaya Gorontalo pertama ini masuk WBTB, lalu selanjutnya budaya lainnya ikut didaftarkan.
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Molapi Saronde adalah budaya Gorontalo pertama yang didaftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Budaya Gorontalo yang artinya Melempar Selendang itu, resmi masuk WBTB sejak 2013 silam. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya meresmikan budaya ini.
Sejak budaya Gorontalo pertama ini masuk WBTB, lalu selanjutnya budaya lainnya ikut didaftarkan.
Setidaknya sejak 2013 hingga 2019 silam, genap 30 budaya Gorontalo yang kini berstatus WBTB.
Lalu apa itu Molapi Saronde? Seperti disebutkan sebelumnya, budaya Gorontalo ini jika diterjemahkan secara etimologi, molapi artinya melempar sementara saronde artinya selendang.
Baca juga: Ini Budaya Gorontalo yang Telah Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Ini adalah ritual pernkahan dalam adat Gorontalo. Biasanya, tarian Molapi Saronde dilakukan mempelai laki-laki dan perempuan di malam perkawinan. Tempat pelaksanaanya di rumah perempuan.
Biasanya, tabuhan rebana dan turunani sebagai kesenian vokal bernuansa islami, akan mengiringi tarian tersebut.
Ada tiga selempang yang digunakan dalam tarian Molapi Saronde. Biasanya selempang berwarna hijau, kuning, dan kuning telur.
Jika dirunut, tarian Molapi Saronde sudah ada sejak 1525 masehi. Bermula saat islam mulai masuk ke Gorontalo.
Saat itu seorang Olangia (raja) bernama Amai, menjadikan islam sebagai agama kerajaan.
Baca juga: Karawo Milik Harnida, Seni Budaya Gorontalo yang Menembus Pasar Internasional
Farha Daulima dalam bukunya menyebut, secara harfiah, Molapi saronde terdiri dari kata molapi artinya menjatuhkan, selentangi (selendang) yilonta (wewangian yang terbuat dari aneka kembang dan dedaunan rempah-rempah yang dicampur dengan minyak kelapa), selanjutnya disebut saronde.
Prosesi Molapi Saronde dilakukan pada malam hari sebelum upacara pernikahan.
Malam itu, keluarga calon mempelai pria akan mengunjungi rumah calon mempelai wanita.
Tujuannya disebut Mopotilontahu atau Molilo huwali yang berarti “menengok dan mengintip” calon mempelai wanita.
Dalam kesempatan itu, biasanya keluarga mempelai pria diiringi pula oleh sejumlah pemuda sebaya.
Tiba di rumah mempelai wanita ini, biasanya mempelai pria bersama ayahnya atau walinya, akan menari Molapi Saronde.
Ini untuk memperlihatkan kepada si mempelai wanita, bahwa mempelai pria siap mengarungi bahtera rumah tangga. (*)