Jawaban Menlu Rusia Ditanyai Jurnalis Ukraina soal Pencurian Gandum
Jurnalis Ukraina melontarkan pertanyaan memojokkan kepada Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, saat berada di Ankara, Turki.
TRIBUNGORONTALO.COM - Jurnalis Ukraina melontarkan pertanyaan memojokkan kepada Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, saat berada di Ankara, Turki.
Dilaporkan Guardian, Lavrov berada di Turki pada hari Rabu (8/6/2022) untuk membahas pembentukan koridor aman untuk ekspor gandum Ukraina.
Saat konferensi pers yang digelar oleh Lavrov dan rekannya dari Turki, Mevlüt Cavuşoğlu, jurnalis bernama Muslim Umerov berusaha mengajukan pertanyaan.
Tetapi ia tidak diberi kesempatan.
Ia akhirnya berdiri dan langsung bertanya dengan suara keras.
"Saya dari televisi publik Ukraina, saya sangat ingin mengajukan pertanyaan," katanya.
Lavrov disebut tampak tidak siap dengan pernyataan tak terduga itu, setelah percakapan konferensi pers dilakukan dengan hati-hati.
"Selain biji-bijian, barang apa lagi yang Anda curi dari Ukraina dan kepada siapa Anda menjualnya?" tanya Umerov.
Sambil tersenyum,Lavrov menjawab:
"Kalian orang Ukraina selalu khawatir tentang apa yang dapat dicuri dan Anda pikir semua orang berpikir seperti itu."
"Tujuan kami di sana jelas, kami ingin menyelamatkan orang dari tekanan rezim neo-Nazi."
"Kami tidak menghalangi gandum."
"Agar bahan makanan itu dapat meninggalkan pelabuhan, Zelensky harus memberi perintah, itu saja," tambahnya.
Ketika dihubungi oleh Agence France-Presse, Umerov, yang tinggal di Istanbul dan bekerja untuk televisi publik Ukraina, menjelaskan bahwa ia sudah mencoba mengangkat tangannya selama sesi tanya jawab.
Namun kemudian ia menyadari penyelenggara tidak membiarkannya berbicara.
Maka dari itu, ia memutuskan untuk menyela dengan keras.
"Saya mengambil risiko mengganggu konferensi pers karena seluruh Ukraina sedang menunggu jawaban atas pertanyaan ini," katanya.
Sementara itu, di tengah memburuknya krisis pangan global, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan minggu ini bahwa ada laporan yang dapat dipercaya bahwa Rusia "mencuri" ekspor gandum Ukraina untuk dijual demi keuntungan.
Blinken mengatakan dugaan pencurian itu merupakan bagian dari tindakan Rusia yang lebih luas selama perangnya di Ukraina.
Pada Jumat (3/6/2022) lalu, Vasyl Bodnar, duta besar Ukraina untuk Ankara, menuduh Rusia mencuri dan mengekspor gandum Ukraina, terutama ke Turki.
Sejak awal konflik di Ukraina, Lavrov, yang menjadi sasaran sanksi Barat, telah melakukan kunjungan ke luar negeri.
Ia telah mengunjungi China, India, Aljazair, Arab Saudi dan dua kali ke Turki.
Namun, Lavrov baru-baru terpaksa membatalkan perjalanan ke Serbia karena negara-negara tetangga menutup wilayah udara mereka untuk pesawatnya.
Rusia Cari Pembeli 500.000 Ton Gandum Ukraina
Amerika Serikat pada pertengahan Mei lalu mengirimkan peringatan kepada 14 negara bahwa kapal kargo Rusia telah meninggalkan Pelabuhan Ukraina.
Menurut laporan New York Times, Departemen Luar Negeri AS mengatakan kapal tersebut mengangkut “gandum Ukraina”.
New York Times menyebut Rusia tengah mencari pembeli gandum Ukraina, ke negara-negara Afrika. Pemerintah Ukraina mengungkapkan Rusia telah mencuri 500.000 ton gandum senilai 100 juta dolar AS, sejak Moskow menginvasi Ukraina pada Februari lalu.
Pejabat Ukraina mengatakan, sebagian besar gandum yang dijarah, dibawa ke pelabuhan Sevastopol di semenanjung Krimea, yang telah diduduki Rusia sejak 2014.
Sedangkan menurut situs web investigasi Myrotvorets, setidaknya terdapat 10 kapal yang membawa biji-bijian curian, melalui pelabuhan Sevastopol sejak akhir Februari.
Situs-situs pelacak laut, dan para ahli yang memantau kapal-kapal tersebut mengatakan, beberapa kapal-kapal itu berada di bawah sanksi AS sejak April lalu, dan sering mematikan transponder untuk menyembunyikan lokasi mereka.
Namun keberadaan mereka masih terlihat di citra satelit.
Kapal-kapal tersebut dilaporkan sempat berlabuh di Turki atau Suriah, dan mereka mematikan transponder saat melintasi Mediterania, untuk menyembunyikan lokasi tujuan akhir.
Kewaspadaan AS mengenai gandum Ukraina yang diangkut Rusia, meningkatkan dilema negara-negara Afrika, karena mereka menghadapi pilihan sulit antara harus mengambil keuntungan dari tawaran Rusia untuk membeli gandum.
Namun memancing kekecewaan pihak Barat, atau menolak tawaran pasokan gandum yang murah di tengah krisis pangan dan ratusan ribu orang kelaparan.
Negara-negara di benua Afrika sangat terpengaruh terhadap kelangkaan pasokan biji-bijian, yang sebagian besar diakibatkan oleh blokade Rusia terhadap Pelabuhan Ukraina, yang membuat harga biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melambung.
Pada hari Jumat (3/6/2022) kemarin, Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Kepala Uni Afrika sekaligus Presiden Senegal Macky Sall, untuk menemukan solusi terkait masalah pasokan gandum.
Para kritikus mengatakan, pertemuan tersebut merupakan upaya Putin untuk memanfaatkan perpecahan di negara-negara Afrika dalam menanggapi sanksi Barat yang diterima Rusia.
Banyak negara di Afrika yang tidak sependapat dalam menanggapi sanksi Barat yang dijatuhkan ke Rusia, karena ketergantungan mereka terhadap penjualan senjata Rusia, simpati era Perang Dingin yang masih ada, dan ancaman krisis pangan.
Rusia dan Ukraina biasanya memasok sekitar 40 persen kebutuhan gandum di Afrika. Tahun lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan harga gandum telah melonjak hingga 23 persen.
Menurut PBB, kekeringan di Afrika yang sebagian besar terjadi di beberapa negara seperti Somalia, Ethiopia dan Kenya, menyebabkan 17 juta orang kelaparan. Lebih dari 200.000 orang di Somalia dilaporkan berada di ambang kelaparan.
Direktur badan penelitian di Kenya, Institut Internasional HORN untuk Studi Strategis, Hassan Khannenje mengatakan banyak negara di Afrika tidak ragu untuk membeli gandum yang dipasok Rusia, karena mereka dituntut untuk memenuhi kebutuhan pangan di negaranya.
“Ini bukan dilema. Orang Afrika tidak peduli dari mana mereka mendapatkan makanan mereka, dan jika seseorang ingin bermoral tentang itu, mereka salah. Kebutuhan akan makanan sangat parah, sehingga itu bukan sesuatu yang perlu mereka perdebatkan,” kata Khannenje.
Wakil Menteri Pertanian Ukraina, Taras Vysotsky mengatakan solusi untuk masalah pangan di Afrika adalah dengan menghentikan serangan Rusia.
“Ada jawaban sederhana. Yaitu hentikan pertempuran.” ujar Vysotsky.
Vysotsky dan pejabat Ukraina lainnya selama berbulan-bulan menuduh Rusia telah mencuri biji-bijian dari wilayah Ukraina yang Moskow kuasai. Sebagian besar gandum dilaporkan dicuri dari wilayah Zaporizhzhia, Kherson, Donetsk dan Luhansk.
Laporan pertama mengenai pencurian biji-bijian Ukraina muncul pada pertengahan Maret. Vysotsky juga melaporkan, Rusia telah mencuri mesin pertanian Ukraina seharga 15 juta dolar AS hingga 20 juta dolar AS. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jurnalis Ukraina Konfrontasi Langsung Menlu Rusia: Selain Biji-bijian, Apa Lagi yang Anda Curi?
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/Sergey-Lavrov.jpg)