Coba-coba Jualan Ilabulo di Jabodetabek, Pemuda di Bogor Ini Raup Untung
Awalnya ia coba-coba, namun rupanya banyak yang suka. Karena itu, ia pun meneruskan produksi Ilabulo dengan skala yang lebih banyak.
Penulis: Husnul Puhi |
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Akmal Abdillah, Warga Kota Bogor mencoba peruntungan berjualan Ilabulo, makanan khas Gorontalo.
Awalnya ia coba-coba, namun rupanya banyak yang suka. Karena itu, ia pun meneruskan produksi Ilabulo dengan skala yang lebih banyak.
Ilabulo adalah makanan Gorontalo berbahan dasar sagu yang dicampur daging ayam, jeroan ayam, ataupun telur. Karena menjadi makanan khasnya warga Gorontalo, maka makanan ini dibuat dengan menambahkan cabai. Rasanya pun biasanya pedas.
Ada dua jenis Ilabulo yang dijual di pasaran. Ada yang dibakar dan dikukus. Sementera bahan, baik dibakar dan dikukus sama saja.
Sementara Akmal, menjual Ilabulo dengan cara dibakar. Ia menjajal makanan ke Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Walaupun sejauh ini ia masih menyasar alumnus MAN Insan Cendekia Gorontalo yang bermukim di Jabodetabek.
Ilabulo yang dijual per dus isi empat biji itu dipatok di harga Rp 15 ribu. Dan baru-baru ini ia berhasil menjual sekitar 60 dus atau 240 biji Ilabulo.
Akhmad mengaku telah membuat label atau merek sendiri untuk Ilabulo tersebut. Karena makanan ini berasal dari Gorontalo, maka ia pun memilih nama “Ti Nou” sebagai merek jualannya.
Ti Nou jika diartikan secara harfiah, Ti adalah Si, sementera Nou adalah panggilan untuk perempuan Gorontalo.
Melalui sambungan telepon, Akmal menceritakan jika ia adalah alumni MAN Insan Cendekia Gorontalo. Dulu saat masih bersekolah tersebut, ia gemar sekali makan Ilabulo.
“Apalagi yang ada di Panigoro (nama jalan di tengah Kota Gorontalo)," ungkap Akmal.
Sebetulnya kata pria 24 tahun ini, idenya untuk membuat Ilabulo datang sejak ia dikirimi sagu dari Gorontalo. Ia yang memiliki keahlian memasak itu, lantas mencoba membuat Ilabulo.
Meskipun katanya, ia juga harus membuka internet dan media sosial untuk tahu resep makanan yang dibungkus daun pisang tersebut.
"Dulu saya masih sekolah itu, sering kali meminta belajar masak bersama guru yang asli Gorontalo, sampai saya bisa memasak kuah asam dan milu siram," lanjut pria kelahiran Tasik ini.
Jika ada yang mau membeli Ilabulo miliknya, maka saat ini memang sistemnya masih pre order. Barangkali karena Akmal merasa produknya ini masih baru terlebih untuk warga Jabodetabek. Apalagi ia belum kepikiran untuk membuka lapak.
Akmal menceritakan, banyak pembelinya yang mengaku suka dengan rasa Ilabulo yang ia jual. Karena itu, kemungkinan ia akan membeli lagi sagu dari Gorontalo.