Konflik Rusia Vs Ukraina

Elon Musk Dorong Pemanfaatan Nuklir Sikapi Invasi Rusia ke Ukraina

Krisis energi melanda Eropa. Orang terkaya dunia, Elon Musk, mendorong negara-negara Eropa untuk meningkatkan pemanfaatan energi nuklir.

Editor: Lodie Tombeg
Tribunnews
CEO Tesla Elon Musk 

TRIBUNGORONTALO.COM, Washington - Krisis energi melanda Eropa. Orang terkaya dunia, Elon Musk, mendorong negara-negara Eropa untuk meningkatkan pemanfaatan energi nuklir.

Langkah ini sebagai respons dari invasi Rusia ke Ukraina, yang menyebabkan harga energi seperti minyak mentah dan gas naik.

Melalui akun Twitter-nya, CEO Tesla itu mengatakan, saat ini menjadi momentum yang tepat bagi negara-negara Eropa untuk mengakifkan kembali pembangkit-pembangkit nuklir yang tidak aktif.

"Ini menjadi sangat jelas bahwa negara Eropa harus mengaktifkan kembali pembangkit nuklir yang tidak aktif dan meningkatkan kapasitas yang beroperasi saat ini," ujar Elon Musk, dikutip Senin (7/3/2022) dari news.com.au.

oal radiasi nuklir tidak separah diperkirakan orang Menurut pria kelahiran Afrika Selatan itu, pemanfaatan energi nuklir menjadi penting bagi keamanan nasional serta internasional.

Elon Musk mengklaim, risiko pemanfaatan energi nuklir terhadap keberlangsungan manusia tidak separah yang diperkirakan sebagian orang.

Untuk membuktikan pernyataan tersebut, Ia pun mengaku siap mengunjungi wilayah dengan sebaran radiasi nuklir tinggi.

"Bagi anda yang berpikir mengenai risiko radiasi, pilih tempat yang menurut Anda paling parah. Saya akan berkunjung ke sana," kata Musk.

"Saya telah melakukan ini di Jepang beberapa tahun lalu, tidak lama setelah (bencana nuklir) Fukushima. Risiko radiasi jauh lebih rendah dari perkiraan banyak orang," tambahnya. 

Penggunaan pembangkit nuklir bantu atasi perubahan iklim Selain itu, pemanfaatan energi nuklir juga disebut Elon Musk dapat membantu upaya penanganan perubahan iklim, sebab lebih baik ketimbang memanfaatkan komoditas energi mengandung hidrokarbon.

Sebagaimana diketahui, upaya negara-negara Eropa untuk memberikan sanksi kepada pemerintahan Vladimir Putir menjadi sulit, dengan adanya ketergantungan pasokan gas dari Rusia ke negara-negara Barat.

Dilansir dari news.com.au, lebih dari sepertiga pasokan komoditas energi negara-negara Uni Eropa berasal dari ekspor Rusia.

Baca juga: Dua Kapal Perusak AS Dilengkapi Rudal Tomahawk Masuk Laut Baltik

Perlu Tingkatkan Produksi Migas

Bos Tesla Elon Musk mengungkapkan, dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina mendorong kebutuhan minyak lebih banyak lagi. Sehingg peningkatan produksi minyak sangat penting dilakukan saat ini.

"Benci mengatakannya, tetapi kita perlu segera meningkatkan produksi minyak dan gas," tulis miliarder tersebut melalui Twitternya, seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu (5/3/2022).

Elon Musk tersebut, dilakukan sebagai bentuk respons terhadap invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan penghentian pasokan bahan bakar yang memicu kenaikan harga gas.

Musk mengatakan, kondisi saat ini juga membutuhkan lebih banyak produksi bahan bakar fosil, bahkan jika produksi itu buruk bagi perusahaan mobil listriknya, Tesla Inc.

Kata Elon Musk, pergeseran ke arah kendaraan listrik dan EBT tak mungkin dilakukan secara cepat Musk juga mengisyaratkan adopsi model kendaraan listrik dan pergeseran yang lebih masif lagi, ke arah energi terbarukan, tidak mungkin dilakukan secara cepat.

Hal ini penting, untuk melindungi konsumen dari harga yang lebih tinggi dalam jangka pendek.

“Jelas, ini akan berdampak negatif pada Tesla. Walau demikian, solusi energi berkelanjutan tidak dapat dilakukan secara instan untuk menebus ekspor minyak dan gas Rusia,” kata Musk.

Rusia rebut PLTN Ukraina, harga minyak dunia langsung naik Perang Rusia dan Ukraina mendorong kenaikan harga rata-rata minyak secara global kenaikan, termasuk di Indonesia.

Forbes mencatat, di AS kenaikan harga bensin juga naik, dengan kenaikan tertinggi terjdi di California, Oregon dan Washington.

Lonjakan harga tersebut terjadi setelah pasukan Rusia menyerang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia Ukraina, yang merupakan pembangkit nuklir terbesar kedua di Eropa.

Hal ini kemudian, meningkatkan kekhawatiran sanksi baru yang bisa mengekang produksi minyak di Rusia, salah satu negara penghasil minyak utama dunia.

Harga minyak melonjak segera setelah serangan itu, dengan patokan AS West Texas Intermediate melonjak 5 persen ke level tertinggi hampir delapan tahun di 113 dolar AS per barel pada hari Jumat.

Dalam sebuah catatan, Goldman Sachs menyebut lonjakan harga minyak merupakan risiko inflasi utama untuk Amerika Serikat.

Goldman Sachs juga memperkirakan harga bisa tembus hingga 150 dollar AS per barel. Prediksi ini juga telah diramalkan sebelumnya oleh analis JPMorgan. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Elon Musk Dorong Eropa Aktifkan Pembangkit Nuklir agar Mandiri Energi, Sebut Risikonya Tidak Parah"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved