Covid Omicron
Pasien Omicron di Inggris Alami Gejala Berbeda
Covid-19 varian Omicron menjadi momok di Inggris. Pekan lalu, Inggris melaporkan lebih dari 100.000 kasus baru Covid-19 dalam satu hari.
Penulis: Lodie Tombeg | Editor: Lodie Tombeg
TRIBUNGORONTALO.COM - Covid-19 varian Omicron menjadi momok di Inggris. Pekan lalu, Inggris melaporkan lebih dari 100.000 kasus baru Covid-19 dalam satu hari.
Angka tersebut merupakan rekor tertinggi kasus harian di Inggris sejak Covid-19 menyebar di negara itu.
Adapun lonjakan kasus harian yang terjadi disebut disebabkan oleh varian Omicron yang sangat menular.
London, episentrum Omicron, telah menyatakan penularan varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika itu sebagai insiden besar.
Dalam upaya penanganannya, pemerintah menggunakan aplikasi Studi Gejala Covid-19, ZOE, untuk memantau orang yang terinfeksi Omicron.
ZOE menyediakan fitur pengukur suhu yang juga memungkinkan jutaan penggunanya memberikan pembaruan real time tentang gejala yang dialami.
Menurut data terbaru dari London, yang dikutip Express, pilek adalah gejala 'teratas' yang terlihat pada 74 persen orang penderita Omicron.
Tak hanya itu, penderita Omicron juga mengalami sakit kepala, kelelahan ringan hingga berat, bersin, dan sakit tenggorokan.
Berbicara tentang peringkat gejala saat ini, Profesor Tim Spector, yang mengepalai aplikasi ZOE, menunjukkan bahwa penderita Omicron tidak mengalami gejala 'klasik' atau utama Covid-19.
Profesor tersebut membuat kritik tajam atas keengganan pemerintah untuk memperbarui daftar gejala yang harus dicari.
Situs web NHS mengatakan gejala utama Covid-19 adalah suhu tinggi, batuk baru yang terus menerus dan kehilangan atau perubahan pada indera penciuman atau perasa.
Namun, Prof Spector dan lainnya secara konsisten mengatakan, mengacu pada data yang ada menunjukkan bahwa gejala Covid-19 telah berubah ketika varian baru menjadi dominan.
Pendiri aplikasi ZOE menyerukan kepada pemerintah untuk memperbarui gejala utama, yaitu dengan memasukkan gejala seperti pilek.
Mengomentari data terbaru Prof Spector mengatakan Omicron akan menjadi strain dominan di Inggris menjelang Natal, dan Tahun Baru.
Kasus Omicron diperkirakan bisa mencapai puncaknya lebih tinggi dari yang pernah terjadi sebelumnya di Inggris.
Kasus Omicron hanya akan turun jika warga London mengubah kebiasaan mereka, seperti memakai masker lagi, membatalkan pesta, dan lebih banyak beraktifitas di rumah.
"Di London kasus telah meningkat dengan cepat, tetapi ini kemungkinan akan segera melambat, karena orang-orang mengubah perilaku mereka, seperti memakai masker lagi, membatalkan pesta dan lebih banyak bekerja dari rumah," kata Prof Spector.
"Mudah-mudahan orang sekarang mengenali gejala seperti pilek yang muncul menjadi gejala utama Omicron," tambahnya.
Dengan kesadaran masyarakat, penyebaran Omicron dapat diperlambat dan negara dapat menghindari wabah besar di luar London.
"Ini adalah perubahan yang akan memperlambat penyebaran virus. Harapan saya agar seluruh negara melakukan hal yang sama untuk menghindari wabah besar di luar London, terutama di kota-kota besar," jelas Prof Spector.
Lebih lanjut, Prof Spector merekomendasikan warga London untuk menjaga kesehatan anggota keluarga yang rentan dengan membatasi kontak sosial menjelang Natal.
Baca juga: Pemerintah Israel Tawarkan Vaksin Dosis Keempat untuk Warga Lansia
"Seperti yang ditunjukkan oleh data terbaru kami, gejala Omicron didominasi gejala pilek, sakit kepala, sakit tenggorokan dan bersin, jadi orang harus tinggal di rumah karena mungkin menderita Covid."
"Kami juga melihat dua hingga tiga kali lebih banyak infeksi ringan di orang-orang dengan booster di area Omicron seperti yang kami lakukan di area varian Delta, tetapi mereka masih sangat protektif dan merupakan senjata vital," kata Prof Spector.
Prof Spector pun menyarankan semua orang untuk mengunduh aplikasi ZOE untuk memudahkan pemantauan.
"Aplikasi ZOE adalah salah satu alat terbaik yang kami miliki untuk memahami varian baru ini dengan cepat, jadi kami ingin mendorong semua orang untuk mengunduh aplikasi dan mulai masuk."
"Hanya perlu satu menit untuk melaporkan tetapi setiap kontribusi membuat perbedaan besar untuk memerangi Covid," kata Prof Spector.
Informasi lebih lanjut, penelitian yang dirilis oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris menemukan bahwa kursus vaksinasi dua dosis penuh kurang efektif terhadap penyakit simtomatik dengan Omicron dibandingkan dengan strain asli Covid-19 atau varian Delta.
Namun, efektivitas vaksin sedang hingga tinggi terhadap infeksi ringan 70-75 persen terlihat pada periode awal setelah dosis booster.
Studi di Inggris tidak dapat menentukan perlindungan terhadap bentuk penyakit yang parah karena sejumlah kecil kasus Omicron sejauh ini dan jeda alami antara infeksi dan hasil yang lebih parah.
"Pengalaman Inggris sebelumnya dengan varian Delta menunjukkan bahwa perlindungan terhadap rawat inap setelah dua dosis vaksin relatif terjaga dengan baik."
"Studi tersebut juga mencatat bahwa dosis booster vaksin Pfizer/BioNTech memberikan peningkatan yang signifikan dalam perlindungan terhadap penyakit ringan dan cenderung menawarkan tingkat perlindungan yang lebih besar terhadap penyakit parah," katanya. (Tribunnews)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 74 Persen Orang yang Terpapar Omicron di Inggris Alami Gejala Berbeda, Bukan Gejala Klasik Covid-19