Festival Kuliner Gorontalo
Makanan Khas Se-Nusantara Hadir di Festival Kuliner Gorontalo, dari Jawa hingga Sumatera
Sejumlah kontingen di Peran Saka Nasional memamerkan berbagai makanan khas daerah masing-masing dalam Festival Kuliner Budaya di Kabupaten Gorontalo
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Sejumlah kontingen di Peran Saka Nasional memamerkan berbagai makanan khas daerah masing-masing dalam Festival Kuliner Budaya di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Sabtu (8/11/2025).
Kegiatan yang diikuti 3.224 peserta itu menampilkan beragam kuliner menarik dengan berbagai varian.
Devinta Kusumaningtyas (21), kontingen Jawa Tengah, mengungkapkan bahwa mereka kali ini membawa sejumlah makanan khas daerah.
“Kami di Peran Saka Nasional kali ini membawa sejumlah makanan khas masing-masing wilayah di Jawa Tengah,” ungkapnya kepada Tribun Gorontalo.
Baca juga: Pembunuh Dosen Muara Bungo Dipecat dari Polri, Polisi Sita Mobil dan Perhiasan Korban
Makanan khas daerah itu di antaranya wingko babat, yaitu makanan semi basah yang terbuat dari tepung ketan, kelapa parut, dan gula yang dipanggang menggunakan oven.
Kemudian ada juga kerupuk nasi, salah satu camilan tradisional Indonesia yang terbuat dari bahan dasar nasi dan tepung kanji.
Ada juga manisan salak, olahan buah salak yang diawetkan menggunakan larutan gula. Proses pengawetan ini membuat tekstur salak menjadi lebih kenyal dan rasanya manis dengan sedikit sentuhan asam.
Lalu ada makanan khas jenang krasikan, yang berasal dari Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Jenang berwarna cokelat ini dibuat dari gula merah, tepung ketan, santan, dan garam.
“Kalau di Jawa itu kerupuk-kerupuk sebetulnya namanya kletikan, seperti ada super marning dari jagung, ada kerupuk asin dan telur asin dari Brebes,” terangnya.
Ia menyebutkan bahan baku makanan itu mereka bawa langsung dari Jawa karena di Gorontalo sulit ditemukan.
“Karena kami dari berbagai daerah di Jawa Tengah, jadi kami membawa bahan baku masing-masing,” jelasnya.
Ia mengatakan bahan-bahan mereka cukup unik, karena geografis daerah Jawa Tengah yang banyak dataran tinggi membuat mereka memiliki tumbuhan yang jarang ada di daerah lain.
“Kalau karika itu tumbuh di dataran tinggi, sementara Jawa Tengah punya dataran tinggi seperti di Wonosobo,” ucapnya.
Selain itu, Arzita Dwi Safira (19), kontingen dari Aceh, mengatakan bahwa mereka membawa makanan tradisional langsung dari daerah asal sebagai bentuk perkenalan budaya Aceh.
“Kami dari Aceh membawa sejumlah makanan khas yang enak dicicipi oleh peserta lain,” ujarnya.
Perlu diketahui, Aceh adalah provinsi yang terletak paling barat di Indonesia.
Daerah ini terkenal dengan wisata, budaya, dan kulinernya yang melimpah.
Salah satu kuliner khas Aceh yang paling terkenal adalah pisang sale, yang mereka bawakan di Peran Saka Nasional Gorontalo.
Pisang sale sudah lama dikenal sebagai makanan tradisional Aceh, terutama di Kabupaten Aceh Timur yang menjadi sentra pisang.
“Kalau kami, pisang sale ini kami bawa dua jenis, yang basah dan kering,” katanya.
Mereka juga membawa kembang loyang dengan dua varian rasa, yakni original dan daun jeruk.
Kembang loyang adalah makanan khas Aceh Tamiang yang sering ada pada hajatan masyarakat Aceh.
Tidak hanya pada hajatan, kembang loyang juga masih sering ditemukan di perkampungan dan menjadi makanan favorit masyarakat.
Saat Idul Fitri, kue ini juga sering disediakan sebagai jamuan di Aceh, khususnya di daerah pedesaan.
Tidak hanya itu, kontingen Aceh turut menampilkan kue kering, keukarah, dan roti Sabang yang menjadi ciri khas daerah mereka.
Semua makanan ini dipersiapkan sejak jauh hari sebelum keberangkatan ke Gorontalo.
“Sekitar seminggu sebelum berangkat kami sudah mulai mencari tempat-tempat yang menjual bahan dan menyiapkan produknya,” kata Arzita.
Ia menuturkan, beberapa makanan khas Aceh seperti pisang sale dan kembang loyang masih banyak dibuat secara tradisional oleh masyarakat di kampung.
Bahkan, beberapa di antaranya hanya dijual pada momen tertentu atau dibawa sebagai oleh-oleh di bandara.
“Kalau kembang loyang biasanya orang Aceh buat sendiri di rumah, apalagi kalau ada acara besar,” jelasnya.
Makanan-makanan yang dibawa kontingen Aceh mendapat sambutan hangat dari pengunjung stan.
Sementara itu, Nahdya Irsa (20), kontingen Kalimantan Tengah, mengungkapkan dirinya juga membawa sejumlah makanan khas.
“Kami juga membawa sejumlah makanan khas yang langsung dari daerah kami,” ungkapnya.
Salah satunya adalah bron chips, yaitu kukis brownies krispi dengan topping cokelat.
Kemudian mereka juga membawa teh bajakah, yang diambil dari akar bajakah, bagian dari tanaman yang sejak lama dipercaya sebagai obat herbal untuk menyembuhkan sejumlah penyakit.
Sebab, terdapat penelitian bahwa teh ini bermanfaat untuk membantu mengobati kanker.
“Kalau teh ini dari kayu bajakah, kami bawa supaya bisa dinikmati oleh para peserta kontingen lain,” ucapnya.
Kalimantan Tengah sarat akan budaya dan tradisi, serta peristiwa penting yang membentuk wilayah ini menjadi seperti sekarang.
Begitu pula pada masa awal kemerdekaan, ketika Kalimantan Tengah masih menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan.
Baru pada 23 Mei 1957, berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 10 Tahun 1957, Kalimantan Tengah resmi menjadi provinsi sendiri.
Selama masa kolonial, Kalimantan Tengah menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Penjajah datang ke Kalimantan dengan tujuan mengeksploitasi sumber daya alamnya, seperti kayu dan tambang.
Pada masa itu, banyak suku Dayak yang terlibat dalam perlawanan melawan penjajah Belanda.
Salah satu tokoh terkenal dalam perlawanan ini adalah Tjilik Riwut, yang kemudian menjadi pahlawan nasional Indonesia.
Pantauan Tribun Gorontalo di lapangan, ribuan pengunjung antusias menikmati kuliner yang dijajakan di stan masing-masing daerah.
Mereka mencicipi makanan dengan lahap, seakan lidah mereka sudah menyatu dengan cita rasa daerah lain.
Hadir juga sejumlah pejabat penting, termasuk Bupati Gorontalo, Sofyan Puhi, dan jajaran. Meski panas terik, mereka tetap berkeliling stan, berfoto bersama, bahkan berjoget di lapangan, menandakan keakraban para peserta dari seluruh Indonesia.
(*/Jefri)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/PERAN-SAKA-NASIONAL-Potret-peserta-di-Peran-Saka-Nasional-Gorontalo.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.