Berita Gorontalo

Tak Ada Gelombang Tinggi, Tapi Penumpang Ferry Gorontalo Diminta Waspadai Hal Ini

Kondisi pelayaran di wilayah perairan Gorontalo dipastikan masih aman dan terkendali. 

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Jefri Potabuga, TribunGorontalo.com.
FERRY GORONTALO--Potret Pelabuhan Fery Gorontalo di Leato Selatan Kota Gorontalo, Sabtu (11/10/2025). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Kondisi pelayaran di wilayah perairan Gorontalo dipastikan masih aman dan terkendali. 

Meski sudah memasuki bulan Oktober, aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Ferry Gorontalo tetap berjalan lancar tanpa ada gangguan akibat cuaca ekstrem.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Pengawas Satuan Pelayanan (Wasatpel) di Pelabuhan Penyeberangan Ferry Gorontalo, Deni Abdul, saat ditemui Tribun Gorontalo, Sabtu (11/10/2025). 

Ia menjelaskan, hingga saat ini belum ada laporan penundaan maupun pembatalan pelayaran.

“Kondisi pelayaran masih aman. Puncak gelombang tinggi itu biasanya terjadi pada bulan Juli, Agustus, sampai September. Sekarang ini laut sudah mulai tenang kembali,” ujar Deni Abdul.

Baca juga: Razia di Lapas Gorontalo, Petugas Temukan 7 Handphone dan Uang Tunai Lebih dari Rp 2 Juta

Menurut Deni, siklus gelombang tinggi di wilayah perairan Gorontalo memang memiliki pola tertentu setiap tahun. 

Umumnya, kondisi laut mulai meningkat pada pertengahan Juli hingga akhir September. Namun, peningkatan itu tidak berlangsung lama.

“Kadang hanya sehari atau dua hari saja gelombangnya tinggi. Hari berikutnya bisa langsung teduh. Jadi fluktuatif, tidak sampai ekstrem,” jelasnya.

Ia menambahkan, jalur pelayaran Gorontalo dikenal berada di “sabuk bawah”, atau lintasan laut yang relatif aman dari hantaman ombak besar dibanding wilayah lain di Sulawesi.

“Untuk lintasan Gorontalo ini dikenal sebagai sabuk bawah. Sejak awal kapal feri beroperasi sampai sekarang, alhamdulillah tidak pernah ada insiden besar di jalur ini,” kata Deni.

Wasatpel Ferry Gorontalo itu juga menjelaskan bahwa saat ini gelombang tinggi yang menjadi puncak biasanya mulai berkurang pada akhir September.

Memasuki Oktober, November, hingga Desember, kondisi laut cenderung stabil dan aman untuk aktivitas pelayaran.

“Mulai Oktober lautnya sudah bagus. Bahkan di bulan September itu banyak penyelam karena kondisi airnya tenang. Makanya di Gorontalo dikenal juga bulan September itu sebagai bulan diving,” ungkapnya.

Deni menegaskan, untuk memastikan keselamatan pelayaran, pihaknya selalu berpedoman pada standar operasional yang mengacu pada informasi dari BMKG serta menggunakan aplikasi pemantauan cuaca.

“Kami selalu berkoordinasi dengan BMKG. Sekarang juga sudah ada aplikasi Windy yang bisa memantau kondisi laut secara real time. Jadi setiap pemberangkatan, kami pastikan situasi cuaca benar-benar aman,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan, sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 2025, seluruh aspek keselamatan pelayaran kini menjadi kewenangan penuh pihak perhubungan laut.

“Sebelumnya keselamatan pelayaran masih di bawah perhubungan darat. Tapi sejak April 2025 sudah dialihkan ke perhubungan laut. Jadi kami di pelabuhan ini hanya mengelola aktivitas penyeberangan,” kata Deni.

Lebih lanjut, Deni mengingatkan masyarakat agar berhati-hati terhadap praktik penipuan tiket kapal feri yang marak di media sosial.Ia menegaskan bahwa pihak pelabuhan tidak pernah bekerja sama dengan pihak mana pun untuk menjual tiket secara daring melalui platform tidak resmi.

“Kami sudah banyak menerima laporan masyarakat yang tertipu lewat akun-akun palsu di Facebook. Ada yang sampai kehilangan uang karena membeli tiket lewat jalur tidak resmi,” ungkapnya.

Ia pun mengimbau agar masyarakat hanya membeli tiket melalui loket resmi di Pelabuhan Ferry Gorontalo atau melalui tautan resmi milik BPTD Kelas II Gorontalo.

“Jangan sekali-kali percaya pada akun pribadi atau postingan Facebook. Kami tidak pernah menjual tiket lewat sana. Pembelian tiket hanya bisa dilakukan lewat kanal resmi,” tegasnya.

Selain itu, Wasatpel juga mengingatkan calon penumpang untuk memperhatikan waktu keberangkatan kapal dan datang lebih awal ke pelabuhan.

“Untuk kapal KMP Tuna Tomini yang melayani rute Gorontalo–Wakai–Ampana berangkat setiap pukul 16.00. Jadi kami harap masyarakat sudah boarding jam 15.00 dengan membawa KTP sesuai tiket yang dibeli,” ujar Deni Abdul.

Ia menambahkan, satu kapal lainnya yakni KMP  Moinit melayani rute Gorontalo–Pagimana, dan hingga kini seluruh jadwal keberangkatan berjalan normal.

Sebagai penutup, Deni kembali menyampaikan imbauan kepada masyarakat untuk selalu mengikuti informasi resmi dari otoritas pelabuhan sebelum melakukan perjalanan laut.

“Kami mengingatkan seluruh masyarakat agar selalu memperhatikan pengumuman resmi dari pelabuhan. Kalau ada perubahan jadwal atau kondisi cuaca, pasti kami umumkan langsung. Jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak jelas sumbernya,” tegasnya.

Deni berharap koordinasi antara pihak pelabuhan, BMKG, KSOP, serta instansi perhubungan lain terus berjalan baik demi menjaga keselamatan dan kelancaran seluruh pelayaran di wilayah Gorontalo. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved