Mapala Gorontalo Meninggal

Rektor UNG Gorontalo Bersitegang dengan Demonstran, Kecewa Dituduh Tak Punya Empati Kematian Jeksen

Aksi demonstrasi keluarga dan kerabat Muhammad Jeksen (MJ) di Rektorat Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Rabu (1/10/2025), sempat memanas.

Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Fadri Kidjab
TribunGorontalo.com/Herjianto Tangahu
AKSI DEMONSTRASI -- Rektor UNG, Eduart Wolok, saat menemui massa aksi di Rektorat UNG, Rabu (1/10/2025). Eduart sempat bersitegang dengan demonstran. 

TRIBUNGORONTALO.COM – Aksi demonstrasi keluarga dan kerabat Muhammad Jeksen (MJ) di Rektorat Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Rabu (1/10/2025), sempat memanas.

Massa aksi mendesak Rektor UNG, Eduart Wolok, untuk turun langsung menemui mereka dan memberikan penjelasan terkait hasil investigasi kampus atas kematian Jeksen.

Sekitar pukul 13.00 Wita, Eduart yang didampingi Wakil Rektor III, Amier Arham, akhirnya hadir di tengah kerumunan. Kehadirannya disambut dengan sorakan massa.

Dalam momen tersebut, Eduart menegaskan bahwa dirinya tidak tinggal diam. Ia bahkan menyatakan akan turut mengawal kasus tersebut bersama keluarga korban.

“Saya orang tuanya Jeksen (MJ) di kampus,” tegas Eduart di hadapan massa aksi.

Eduart juga membantah tudingan bahwa dirinya tidak berempati terhadap kasus yang menimpa mahasiswanya.

“Jangan bilang saya tidak sedih, jangan bilang saya tidak marah. Saya sangat marah dengan kejadian ini, kalau kalian tahu,” ujarnya dengan suara meninggi.

Rektor UNG menekankan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya, termasuk membentuk tim investigasi. Hanya saja, hasilnya hingga kini belum sepenuhnya diterima keluarga korban. 

Ia juga mengingatkan bahwa proses hukum masih berjalan, sehingga keputusan apapun harus dipertimbangkan dengan matang.

Terkait tuntutan keluarga yang meminta sanksi drop out bagi panitia diksar Mapala Butaiyo Nusa, Eduart menyatakan tidak bisa gegabah.

“Jangan kalian bilang saya lepas tangan. Dari awal saya sudah katakan, tidak mungkin saya lepas tangan,” ujar Eduart menegaskan.

Ketegangan juga sempat meningkat saat Eduart salah mengira salah satu pihak keluarga korban sebagai mahasiswa, hanya karena penampilannya yang mengenakan sandal.

Perdebatan kecil sempat terjadi, sebelum akhirnya situasi mereda.

Meskipun sempat panas, aksi diakhiri dengan suasana yang lebih tenang. Setelah saling menyampaikan tuntutan dan penjelasan, baik keluarga korban maupun pihak kampus akhirnya saling memaklumi.

Bahkan, Eduart menutup pertemuan dengan sikap yang lebih lembut, bak seorang ayah menasihati anaknya.

Usai pertemuan tersebut, massa aksi melanjutkan langkah menuju Polres Bone Bolango untuk menindaklanjuti laporan hukum atas kematian MJ. 

Baca juga: BREAKING NEWS: Keluarga Jeksen Demo di Rektorat UNG Gorontalo, Soroti Hasil Investigasi

Keluarga Jeksen datangi Rektorat UNG

AKSI DEMONSTRASI -- Sejumlah anggota keluarga Jeksen bersama paguyuban menggelar demonstrasi di dalam gedung rektorat Universitas Negeri Gorontalo, pada Rabu (1/10/2025).
AKSI DEMONSTRASI -- Sejumlah anggota keluarga Jeksen bersama paguyuban menggelar demonstrasi di dalam gedung rektorat Universitas Negeri Gorontalo, pada Rabu (1/10/2025). (TribunGorontalo.com/Herjianto Tangahu)

 

Keluarga Muhammad Jeksen (MJ) bersama anggota paguyuban dan koalisi antikekerasan menggelar aksi demonstrasi di Rektorat Universitas Negeri Gorontalo (UNG). 

Tepat pukul 12.45 Wita, massa memadati halaman Rektorat UNG pada Rabu (1/10/2025).

Massa aksi mendesak Rektor UNG turun langsung menemui mereka untuk memberikan penjelasan terkait hasil investigasi kampus atas meninggalnya MJ.

MJ, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial ini, diketahui meninggal setelah mengikuti pengaderan atau pendidikan dasar (Diksar) Mapala Butaiyo Nusa, beberapa waktu lalu. 

Sebelumnya, pada Jumat (26/9/2025), Fakultas Ilmu Sosial UNG telah resmi mengumumkan hasil investigasi internal.

Laporan tersebut memuat lima poin temuan, mulai dari penelusuran fakta, aspek administratif, manajerial, hingga rekomendasi.

Namun, keluarga korban menilai proses investigasi tersebut cacat sejak awal karena tidak melibatkan mereka. 

“Sejak Tim Investigasi ini dibentuk, kami selaku keluarga korban dan atau diwakili oleh penasehat hukum serta koalisi anti kekerasan tidak pernah diberitahu dan tidak dilibatkan sama sekali dalam proses investigasi,” tegas Ode Sari, anggota keluarga mendiang Jeksen.

Baca juga: Keluarga Jeksen Buka Peluang Ekshumasi, Desak Kematian Mapa Gorontalo Diusut Tuntas

Bagi mereka, pelibatan keluarga korban sangat penting, baik untuk memberikan keterangan yang memadai maupun sebagai bentuk penghormatan terhadap hak korban.

Keluarga juga menyoroti poin administratif dalam temuan investigasi.

Tim kampus menyebut kegiatan Diksar Mapala BTN tidak memiliki surat izin. Namun, pada saat yang sama, Fakultas Ilmu Sosial justru mengakui mengeluarkan surat keputusan (SK) kepanitiaan yang ditandatangani oleh dekan, sekaligus memberikan bantuan dana. 

“Dengan demikian, berdasarkan penalaran yang wajar, asumsi utamanya adalah SK kepanitiaan yang ditandatangani oleh Dekan FIS merupakan bukti bahwa seluruh kegiatan Diksar yang dilaksanakan oleh Mapala BTN sudah diketahui oleh pihak fakultas, bahkan telah disodorkan bantuan dana,” jelasnya. 

 

 

(TribunGorontalo.com/Herjianto Tangahu)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved